48. KEPRIBADIAN 1
“Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?
Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu;
ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." Kejadian 4:7
Allah menjadikan
kita sebagai kepribadian.
Kepribadian itu
bukanlah sifat, melainkan cara keberadaan manusia.
Maka manusia harus
hidup sebagai pribadi yang layak sebagai kepribadian.
Terdiri dari apakah
unsur-unsur kepribadian manusia itu?, dan macam kehidupan yang bagaimanakah
kehidupan sebagai kepribadian itu?
Kepribadian Manusia
Manusia terdiri
dari roh, jiwa dan tubuh. Bila ketiganya itu menjadi satu disebut kepribadian. Malaikat terdiri dari roh dan
jiwa tanpa tubuh yang dijadikan dengan debu tanah. Sedangkan binatang terdiri
dari jiwa dan tubuh tanpa roh. Oleh karena itu,
manusia yang mengabaikan dirinya sebagai keberadaan roh, berarti ia
mengakui dirinya sendiri sebagai binatang.
Tubuh adalah bejana
yang memuat rohjiwa, dan merupakan alat
yang bekerja dengan perintah dari rohjiwa diri kita. Tubuh dijadikan dari debu
tanah, tetapi memuat rohjiwa sehingga bisa beraktivitas. Oleh sebab itu, ketika
rohjiwa meninggalkan tubuh, tubuh
kembali menjadi debu tanah (kematian).
Jiwa terdiri dari
intelektual, perasaan dan keinginan sehingga menyatakan karakter masing-masing
orang, dan dapat mengontrol kehidupan sehari-hari. Ada yang mengatakan bahwa
jiwa itu saja adalah kepribadian manusia, tetapi itu tidaklah tepat, karena
tanpa tubuh dan roh, hanya jiwa itu saja tidak mungkin dapat berfungsi sebagai
manusia. Jiwa manusia berbeda dengan jelas daripada jiwa binatang yang terasa
karena dikuasai oleh roh.
Roh memiliki
sifat kekal. Pada awalnya Allah
menciptakan manusia dengan jiwa dan tubuh saja (Nephilim, Kejadian 1:27).
Manusia tersebut bisa hidup secara jasmani tanpa perbedaan apapun dari kita. Waktu manusia yang tidak memiliki
roh bertambah banyak dan memenuhi bumi, Allah memilih satu orang dari mereka
lalu menghembuskan roh di dalamnya sehingga menjadi keberadaan roh yakni Adam
(Kejadian 2:7). Sejak saat itu manusia menjadi keberadaan roh yang bisa
berkomunikasi bersama dengan Allah. Dan sesudah rohnya meninggalkan tubuh (kematian) pun jiwanya tidak lenyap, tetapi
berada selamanya yang ditunggu dengan
dunia yang akan datang.
Bagaimana Roh jiwa
dan Tubuh Saling Menolong?
Memang bisa
menjelaskan ciri khas masing-masing tentang rohjiwa dan tubuh, akan tetapi
secara fungsi ketiganya tidak mungkin dipisahkan.
Kegiatan
kepribadian akan menyatakan dampaknya dalam hal yang saling berlawanan yaitu
berkat atau kutuk. Karena kepribadian itu sangat tergantung kepada
kecenderungan jiwa yang berfungsi sebagai daya intelektual, perasaan, keinginan
itu apakah jiwanya lebih taat kepada roh
atau tubuh. Apabila daya intelektual,
perasaan, keinginan itu mengikuti sifat tubuh seperti benci, iri hati, malas,
percabulan dll, akan menghasilkan buah maut dan kutuk, rohnya didatangi kerugian. Namun, apabila
jiwanya mengikuti harapan roh seperti kasih, murah hati, kudus, ilahi, tubuhpun
berlaku demikian lalu membawa keuntungan yang kekal kepada rohjiwanya (Roma
7:24-25).
Karena firman Allah
adalah roh (Yohanes 6:63), firman itu masuk di dalam roh kita. Pada saat itu
kita menyadari firman itu (pengetahuan) dan paham (perasaan) lalu ingin
mentaati firman (keinginan). Roh Kudus yang berdiam di dalam kita juga
mendorong kita agar kita paham menurut firman itu. Demikian rohjiwa kita
bekerja bersama-sama, lalu menguasai tubuh kita dengan sempurna sehingga kita
dipakai menurut kehendak Allah sebagai alat Roh Kudus.
Berkat dan jawaban
doa dari Allah itu juga datang kepada kita dengan proses yang sama. Kesembuhan
terjadi dengan cara bahwa hidup di dalam rohjiwa dipenuhi oleh firman dan Roh
Kudus, lalu rohjiwanya menguasai tubuh.
Hal memperoleh materi yang kita butuhkan juga kekayaan dan hak milik rohani
datang di dalam rohjiwa kita dulu, lalu kita melakukan secara konkrit untuk
mendapatkan materi itu, serta lingkungan
kita akan berubah menjadi menolong kita. Demikianlah kita mungkin mendapatkannya.
Kegiatan
kepribadian itu akan menyatakan sebagai dampak yang berlawanan menurut
kecenderungan jiwa yang berfungsi dengan daya intelektual, perasaan dan
keinginan itu, apakah lebih dekat dan taat kepada roh atau tubuh. Apabila daya
intelektual, perasaan dan keinginan menuruti sifat tubuh akan mengundang
keinginan kepada roh sebab akibatnya adalah maut dan kutuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar