49. KEPRIBADIAN 2
“Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?
Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu;
ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." Kejadian 4:7
Kepribadian/sifat
itu merupakan suatu sistem dan cara keberadaan manusia. Manusia terdiri dari
roh, jiwa dan tubuh. Ketiganya itu
disebut kepribadian/sifat, khususnya berhubungan dengan jiwa. Kepribadian
manusia terdiri dengan intelektual, perasaan dan keinginan.
Roh, jiwa dan tubuh
bisa dibedakan dalam suatu konsep yang saling bekerja bersama. Ketiganya,
sewaktu pekerjaan Allah terjadi, Allah menguasai roh kita. Lalu roh dan jiwa kita menguasai tubuh.
Demikian Allah memakai kita sebagai alat kudus.
Bagaimana perkembangan
kepribadian pada hari kebangkitan? Ciri khas jiwa (intelektual, perasaan, dan
keinginan) menyatakan secara nyata melalui tubuh. Tetapi apabila tidak ada roh,
sewaktu jiwanya meninggalkan tubuh, jiwa
itu akan hilang karena tidak ada tempat yang menjadi sandaran, contohnya dalam kasus binatang.
Tetapi manusia
memiliki roh. Walaupun jiwanya meninggalkan tubuh, jiwa itu bersandar pada roh
sehingga dapat berada selama-lamanya. Hanya karena tidak ada tubuh fungsi
kepribadian sebagai intelektual, perasaan
dan keinginan itu tidak dapat menyatakan. Lalu jiwa itu tersembunyi di dalam
roh. Alkitab mengatakan keadaan jiwa bersandar pada roh dalam situasi tidak ada
tubuh, sehingga fungsi kepribadian itu tersembunyi sebagai “ia sedang tertidur”
(1 Tesalonika 4:13-15). Itulah keadaan kita sesudah mati sampai kebangkitan.
Pada hari
kebangkitan, kita akan hidup sebagai kepribadian yang sempurna yaitu sebagai
yang memiliki intelektual, perasaan dan
keinginan. Supaya ciri khas jiwa yang tersembunyi pada roh itu dapat dinyatakan
harus ada tubuh.
Akan tetapi Alkitab
mengatakan dengan jelas, “Darah dan
daging tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak
mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa” (1 Korintus 15:50). Oleh sebab
itu, tubuh yang akan kita terima pada hari kebangkitan itu bukanlah seperti
tubuh sekarang yang berasal dari debu tanah tetapi tubuh ilahi (1 Korintus
15:44). Roh kita yang menjadi sandaran jiwa itu menjadi tubuh dengan cara
berubah dalam sekejap saat ( 1 Korintus 15:15).
Roh Kristus/firman
(Roma 8:9) yang tinggal di dalam roh kita menjadi roh yang menghidupkan (1
Korintus 15:45) kita selama-lamanya. Sesudah kita bangkit, juga ketika
disempurnakan sebagai kepribadian yang utuh dengan tubuh ilahi yang dijadikan
dari perubahan roh,
jiwa bersandar pada roh dan roh Kristus.
Sedangkan roh jiwa mereka yang tidak percaya akan bangkit sebagai
kebangkitan kematian. Karena bangkit
dengan tubuh rohani dalam jiwa tanpa roh Kristus menghidupkannya.
Bagaimana prilaku
kepribadian mereka yang penuh dengan Roh Kudus?
Keadaan kepenuhan
Roh Kudus ialah roh jiwa dalam tubunya dituntun Roh Kudus sehingga seseorang
searah dengan selaras dengan Roh Kudus. Oleh dorongan Roh Kudus, intelektual, perasaan dan keinginannya
mengikuti firman Allah. Apabila tubuh dan roh jiwa bertentangan, atau pengetahuan, perasaan dan keinginan itu
saling berlawanan, keadaan itu bisa disebut sebagai kesakitjiwaan secara
rohani.
Bila kita penuh dengan Roh Kudus, roh kita akan lebih
merindukan kehidupan iman. Agar jiwa dan tubuhnya tidak menaruh perhatian pada
hal-hal yang sia-sia, rohnya mengontrol dan membuatnya untuk merindukan hal-hal
ilahi seperti doa, membaca firman Alkitab, penginjilan, ibadah dll.
Dengan daya
intelektual, ia akan memahami firman Allah dengan baik dan menerima firman
Allah 100 %, tidak membatasi atau tidak memutarbalikan firman. Dengan perasaan,
ia lebih terharu akan kasih karunia Allah dibandingkan sebelumnya. Meskipun
mengasihi orang lain, mereka yang dikuasai
Roh Kudus ia tidak cepat dan gampang marah maupun membenci orang lain.
Keinginannya menjadi lebih kuat sehingga meskipun agak sulit menerima firman
Allah secara intelektual dan perasaan, ia melakukan sesuatu menurut firman-Nya
dengan keingian yang kuat. Akhirnya ia mengalami tanda-tanda secara intelektual
dan perasaan. Dan tidak akan keras kepala terhadap firman, bahkan menaklukkan
diri kepada firman Allah. Keinginan seperti itu hanya dari dorongan Roh Kudus.
Tubuh dipakai
menurut kehendak Roh Kudus dengan cara tubuh taat kepada roh jiwa (intelektual,
perasaan dan keinginan). Kemalasan itu tidak berbeda dengan kejahatan
bagaimanapun juga kita harus membuangnya
(Matius 25:26). Keadaan kepenuhan Roh Kudus ialah roh jiwa dan tubuh tidak
saling berbenturan, tetapi menuju ke satu arah di mana Roh Kudus memberikan
petunjuk. Lalu saling bekerja dan menolong dalam susunan yang sempurna. Apabila
tidak demikian, tubuh berlawanan dengan
roh jiwa, atau pengetahuan, perasaan dan keinginan itu bekerja sendiri-sendiri,
keadaan tersebut adalah keadaan ‘sakit jiwa’ secara rohani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar