53. KERENDAHAN HATI 3
“Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah kepada-Ku,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati” Matius 11:29
Inti kehidupan iman
yang dikehendaki Allah adalah kerendahan hati. Oleh sebab itu kita harus bisa
membedakan apa itu kerendahan hati dan kesombongan, lalu kita harus membuang
kesombongan itu. Sampai saat kita meninggal dunia kita harus menjalankan
kehidupan iman. Salah satu batu sandungan yang fatal adalah kesombongan.
Orang yang berendah
hati dapat membedakan; yang patut mentaati dan
yang harus menolak, yang harus menyatakan dan yang harus menyembunyikan.
Oleh karenanya ia berprilaku sebagaimana yang ia harus bertindak.
Sebab Roh Kudus
turut bekerja dan mengajar kerendahan hati yang patut ia lakukan pada saat-saat
tertentu.
Kerendahan Hati yang Merindukan Berkat
Allah menciptakan
manusia dengan tujuan agar manusia bekerja dalam pekerjaan Allah yang
membinasakan iblis, agar manusia menanggung tugas itu dengan kasih Allah. Oleh
karena itu, kewajiban dan tugas kita adalah menerima berkat dan karunia-karunia
ilahi.
Maka apabila kita
menolak dan menahan itu dengan “Bagaimana aku berani meminta…… aku tidak
sanggup menerima…”. Tanpa alasan apapun itu namanya kesombongan, orang yang
berendah hati hanya berdoa supaya janji Allah tergenapi pada dirinya dan
mempermuliakan Allah dengan cara memiliki dan mengalaminya.
Kerendahan Hati yang Tidak Mencampur-Adukan dengan Urusan Orang
Kehidupan iman berlangsung dalam hubungan antara Allah dan kita masing-masing. Kita
tidak perlu melihat orang lain, tetapi hanya melihat diri kita sendiri yang
seperti cacing atau ulat, namun demikian dipakai oleh Tuhan. Maka tanpa henti
kita bersyukur akan kasih karunia Tuhan.
Oleh karena itu, kita tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain atau iri
hati, "Jikalau Aku menghendaki,
supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau:
ikutlah Aku." (Yohanes 21:22)
Ketika kita
membandingkan diri atau menghakimi orang lain, kita memperlihatkan perasaan
tidak senang sebab kita sendiri memiliki jejak-jejak yang sama. “Mengapakah
engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu
tidak engkau ketahui?” (Matius 7:1-5). “Karena itu, hai manusia, siapa
pun juga engkau,
yang menghakimi
orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi
orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi
orang lain, melakukan hal-hal yang sama.”(Roma2:1)
Kerendahan Hati
yang Memperhitungkan Batas Kuantitas Iman
Kemungkinan besar
orang yang memiliki talenta dan kuasa akan menjadi ebih sombong dari pada orang
yang tidak memiliki (1 Korintus 8:1). Oleh sebab itu, ia harus merindukan
kerendahan hati seolah-oleh sedang
berkutat dalam suatu pertarungan
yang hebat.
Orang yang tidak
memiliki banyak kuasa juga harus menaruh sasaran kehidupan iman. Jangan salah
anggap sasaran yang besar tanpa rencana adalah iman yang sesungguhnya. Daripada
menetapkan, “Aku akan menginjil dan mendaftarkan 100.000 jawaban”, lebih baik
menetapkan, “Aku akan menginjil dan mendaftarkan 1 atau 10 jiwa setiap minggu”.
Itu merupakan sasaran yang mendasarkan
iman sesungguhnya. Iman yang kita punyai itu ada kuantitasnya. Krendahan hati
itu mengakui batas kuantitas iman dan bertindak
patuh. Bila demikian iman kita pun bertumbuh.
Kerendahan Hati Itu Memberi Contoh Kepada Orang Lain
Kerendahan hati
adalah bilamana kita bekerja sendiri
tanpa banyak berkata-kata. Apabila kita mempunyai suatu pekerjaan yang harus
dilakukan, namun tidak dilaksanakan, hal itu bukanlah kerendahan hati. Sikap
mengasingkan diri itu juga bukan kerendahan hati malah kesombongan. Maka
memungut kertas, ataupun sampah itupun merupakan kerendahan hati, menolong
orang yang menghadapi kesulitan itu juga kerendahan hati. Kerendahan hati itu
menolak keuntungan kedagingan diri
sendiri dan tidak sombong yang mencari pujaan dunia (Lukas 14:7-11; 1 Korintus
9:4-15).
“Bagaimana aku
berani meminta….. aku tidak sanggup menerima….”. Hal menolak berkat Allah
dengan alasan apapun itu namanya kesombongan. Orang yang rendah hati hanya
merindukan dan berdoa supaya janji Alah tergenapi pada dirinya dan
mempermuliakan Allah karena mengalami dan memiliki penggenapan janji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar