"Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani." (Kisah Para Rasul 17:11-12)

Translate

KERENDAHAN HATI 3



53. KERENDAHAN HATI 3


“Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati”  Matius 11:29


Inti kehidupan iman yang dikehendaki Allah adalah kerendahan hati. Oleh sebab itu kita harus bisa membedakan apa itu kerendahan hati dan kesombongan, lalu kita harus membuang kesombongan itu. Sampai saat kita meninggal dunia kita harus menjalankan kehidupan iman. Salah satu batu sandungan yang fatal adalah kesombongan.


Orang yang berendah hati dapat membedakan; yang patut mentaati dan  yang harus menolak, yang harus menyatakan dan yang harus menyembunyikan. Oleh karenanya ia berprilaku sebagaimana yang ia harus bertindak.
Sebab Roh Kudus turut bekerja dan mengajar kerendahan hati yang patut ia lakukan pada saat-saat tertentu.      

Kerendahan  Hati yang Merindukan Berkat


Allah menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia bekerja dalam pekerjaan Allah yang membinasakan iblis, agar manusia menanggung tugas itu dengan kasih Allah. Oleh karena itu, kewajiban dan tugas kita adalah menerima berkat dan karunia-karunia ilahi.

Maka apabila kita menolak dan menahan itu dengan “Bagaimana aku berani meminta…… aku tidak sanggup menerima…”. Tanpa alasan apapun itu namanya kesombongan, orang yang berendah hati hanya berdoa supaya janji Allah tergenapi pada dirinya dan mempermuliakan Allah dengan cara memiliki dan mengalaminya.


Kerendahan Hati yang Tidak Mencampur-Adukan dengan  Urusan Orang


Kehidupan iman berlangsung dalam hubungan  antara Allah dan kita masing-masing. Kita tidak perlu melihat orang lain, tetapi hanya melihat diri kita sendiri yang seperti cacing atau ulat, namun demikian dipakai oleh Tuhan. Maka tanpa henti kita  bersyukur akan kasih karunia Tuhan. Oleh karena itu, kita tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain atau iri hati,  "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku." (Yohanes 21:22)


Ketika kita membandingkan diri atau menghakimi orang lain, kita memperlihatkan perasaan tidak senang sebab kita sendiri memiliki jejak-jejak yang sama. “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Matius 7:1-5). “Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau,



yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.”(Roma2:1)

 

Kerendahan Hati yang Memperhitungkan Batas Kuantitas Iman



Kemungkinan besar orang yang memiliki talenta dan kuasa akan menjadi ebih sombong dari pada orang yang tidak memiliki (1 Korintus 8:1). Oleh sebab itu, ia harus merindukan kerendahan hati seolah-oleh sedang  berkutat dalam suatu  pertarungan yang hebat.


Orang yang tidak memiliki banyak kuasa juga harus menaruh sasaran kehidupan iman. Jangan salah anggap sasaran yang besar tanpa rencana adalah iman yang sesungguhnya. Daripada menetapkan, “Aku akan menginjil dan mendaftarkan 100.000 jawaban”, lebih baik menetapkan, “Aku akan menginjil dan mendaftarkan 1 atau 10 jiwa setiap minggu”. Itu merupakan  sasaran yang mendasarkan iman sesungguhnya. Iman yang kita punyai itu ada kuantitasnya. Krendahan hati itu mengakui batas kuantitas iman dan bertindak  patuh. Bila demikian iman kita pun bertumbuh.

Kerendahan Hati Itu Memberi Contoh Kepada Orang Lain 


Kerendahan hati adalah bilamana kita  bekerja sendiri tanpa banyak berkata-kata. Apabila kita mempunyai suatu pekerjaan yang harus dilakukan, namun tidak dilaksanakan, hal itu bukanlah kerendahan hati. Sikap mengasingkan diri itu juga bukan kerendahan hati malah kesombongan. Maka memungut kertas, ataupun sampah itupun merupakan kerendahan hati, menolong orang yang menghadapi kesulitan itu juga kerendahan hati. Kerendahan hati itu menolak keuntungan kedagingan  diri sendiri dan tidak sombong yang mencari pujaan dunia (Lukas 14:7-11; 1 Korintus 9:4-15).


“Bagaimana aku berani meminta….. aku tidak sanggup menerima….”. Hal menolak berkat Allah dengan alasan apapun itu namanya kesombongan. Orang yang rendah hati hanya merindukan dan berdoa supaya janji Alah tergenapi pada dirinya dan mempermuliakan Allah karena mengalami dan memiliki penggenapan janji.

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar