47. MATERI 4
“Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” Matius 6:21
Iman kita
seharusnya tetap tidak terpengaruh oleh banyak atau sedikitnya materi.
Tetapi kita yang
hidup di dalam sistem sosial kapitalisme, beban kehidupan ekonomi sangat besar,
mempengaruhi dan menentukan seluruh kehidupan kita secara mendasar. Oleh sebab
itu, cara pikir kita menjadi sangat terpaku dengan pikiran yang mengutamakan
materi.
Bagaimana kita
mengendalikan materi dan bagaimana kita hidup di dunia untuk kehidupan iman?
Bagaimana kita memperoleh uang dan memakainya?
Bagaimana
Mendapatkan Uang?
Materi ialah alat
untuk memberitakan Injil. Maka uang seharusnya menjadi alat bantu dalam penginjilan tetapi tidak boleh menjadi
batu sandungan.
Motivasi
mendapatkan uang dan prosesnya harus dari iman. Apabila seseorang mendapatkan
uang dengan cara yang tidak benar dan curang, namun menafsirkan yang
dibuat-buat sebagai berkat, itu tidak pantas. Kita tidak boleh mendapatkan uang
dengan cara yang tidak benar. “Janganlah kaubawa upah sundal atau uang
semburit ke dalam rumah TUHAN, Allahmu, untuk menepati salah satu nazar, sebab
keduanya itu adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu." (Ulangan 23:18)
Ada urutan
prioritas yang tak berubah antara iman dan materi yakni mendahulukan pekerjaan
Allah dulu baru kemudian mengerjakan pekerjaan dunia. Jika demikian, pekerjaan
dunia maupun materi menjadi bertambah dan dijamin oleh Allah (Matius 6:33).
Allah menjawab bila
kita meminta makanan yang secukupnya dan memohon materi untuk pekerjaan Allah. “Kamu
mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu
iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu
berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu
berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa,
sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.”
(Yakobus 4:2-3)
Hak milik rohani
harus datang terlebih dahulu, baru kemudian jawaban dari doa yang meminta materi
itu datang. Lalu orang-orang yang memiliki materi terdorong, dimana mereka
akhirnya menemui lingkungan yang bisa menggunakan materi yang diperlukan itu.
Orang yang
mengharapkan keuntungan materi dalam pekerjaan Allah, semestinya mendatangkan
kerugian fatal bagi roh jiwa diri sendiri (2 Raja-Raja 5:20-27; Bilangan
21:23). “Percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan
yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber
keuntungan.” (1 Timotius 6:5)
"Sesungguhnya
setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya
laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau
ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus
kali lipat: …..sekalipun disertai berbagai penganiayaan,….” (Markus 10:29-30).
Bagaimana Memakai
Materi itu?
Memakai uang untuk
pekerjaan Allah dulu (persembahan, misi, sedekah), baru kemudian memakai uang untuk urusan pribadi (Matius
6:33). Meskipun kita memiliki materi yang sangat kecil, apabila kita menaruhnya
di dalam tangan TUHAN, Ia juga turut bekerja sehingga menyatakan tanda-tanda 5
roti dan 2 ikan (Matius 14:15-21).
“Siapa menaruh
belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya
itu.” (Amsal 19:17)
Bila kita
menyerahkan materi milik kita untuk pekerjaan Allah, kita akan dibalas dengan
upah kekal di Kerajaan Sorga (Matius 6:19-21). Alkitab mengatakan tentang hal
itu dalam 1 Korintus 15:42 yaitu: “Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan
dalam ketidakbinasaan.”
Juga kita jangan
pelit kepada Allah (2 Korintus 9:6-7). Mereka yang mengira bahwa persembahan
itu dipakai untuk oraganisasi gereja
atau pendeta secara pribadi, tentulah tidak pantas. Sebab iman yang dikehendaki
Allah ialah persembahan yang kita berikan itu kepada Allah yang hidup dan Allah
menerimannya pada saat kita memberi-Nya.
Tetapi penghematan
dalam kehidupan pribadi sehari-hari merupakan kebajikan bagi manusia.
Sementara itu kita
harus jelas dalam hal meminjam dan mengembalikan uang, agar hal itu jangan menjadi batu sandungan
bagi kehidupan iman kita. Apakah memberikan atau meminjam uang atau meminjamkan
uang tanpa bunga menurut firman dari Alkitab, ataukah meminjam uang dengan
bunga menurut peraturan dunia? Agar jangan timbul salah paham, jangan-jangan
kita salah menggunakan kebaikan dari jemaat tetapi karenanya kita harus menjaga
kredibilitas.
Yang pantas ialah
kita menyerahkan materi untuk menyelamatkan rohjiwa dalam hal menggantung
hidup, maut dan kutuk, berkat.
Bagaimana kita
mendapatkan uang? Materi ialah alat dan cara untuk memberitakan Injil,
karenanya motivasi, proses dan akibat mendapatkan uang itu harus menurut
firman. Tidak pantas bila seseorang menafsirkan yang dibuat-buat sebagai berkat
tetapi ia mendapatkan uang dengan cara yang tidak benar dan curang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar