"Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani." (Kisah Para Rasul 17:11-12)

Translate

SIKAP SETUJU (AFIRMATIF)



50. SIFAT SETUJU (AFIRMATIF)


“Dari buah mulutnya seseorang akan makan yang baik”  Amsal 13:2


Doa, membaca Alkitab, puji-pujian, ke gereja, penginjilan, memberi persembahan dll,  hal-hal demikian merupakan ciri khas prilaku orang Kristen yang dapat dilihat oleh siapapun.


Sedangkan wajah yang tenang, cara bicara yang sopan, kehidupan yang rajin dan setia, sifat mengalah dan sifat mementingkan kepentingan orang lain dll,  hal-hal demikian tidak ada hubungan langsung dengan orang Kristen. Namun, sifat demikian diharapkan sebagai sifat orang Kristen.


Sifat afirmatif juga salah satunya, tetapi sifat ini mengandung rahasia Injil yang tidak terhitung dan merupakan dasar dalam pikiran, bahasa dan prilaku.


Botol yang Setengah Terisi dengan Air



Jika kita minum air dari botol akan menyisakan airnya, kira-kira setengah botol. Terhadap hal itu, ada orang yang merespon dengan menggerutu, “hanya tinggal setengah”,  dan ada juga orang yang merespon, “masih tinggal setengah”. Dalam kasus yang pertama disebut sebagai sifat negatif, sedangkan yang terakhir disebut sifat afirmatif. Kasus yang terakhir ini diakui sebagai sifat yang diharapkan. Sifat orang Kristen yang afirmatif itu bukan hanya dalam masalah perubahan sudut pandang, atau perubahan kata-kata yang digunakan saja. Dan bukan juga bersikap pasrah atau optimis dari kepercayaan kepada takdir.


Orang Kristen beralasan bersikap optimis karena Allah  Mahakuasa, dan Allah akan menjawab doa kita karena  janji Allah terhadap doa. Semuanya ini karena kita memahami bahwa prinsip-prinsip rohani itu berlangsung tanpa kesalahan walaupun tidak kelihatan.

 


Mengapa Kita Harus Optimis?



1.      Karena kita percaya Allah  Yang Mahakuasa.
Apabila sekali Allah turun tangan dan turut bekerja, masalah fatal apapun akan berubah, Allah dapat membalikan keadaan (Roma 8:28). Maka mereka yang manjadi anak-anak Allah tidak kecewa dan tidak mengundurkan diri bahkan memiliki sifat afirmatif, yang memisahkannya dari konsep  kesialan  yang berubah menjadi keberuntungan secara kebetulan.



2.      Karena percaya jawaban doa dari Allah.
Modal dasar yang paling besar dari orang kudus di bumi adalah doa yang tidak membiarkan Allah tinggal tenang (Yohanes 14:13-14). Karena percaya  doa iman dijawab 100% melalui iman dan melalui pengalaman. Oleh karena itu ia tidak ragu-ragu dan tidak memandang secara negatif akan apa yang telah didoakan tetapi tetap bersifat afirmatif. Seperti bila kita makan menjadi kenyang hal itu bukan masalah negatif atau afirmatif, tetapi pengalaman yang wajar. Demikian juga hanya ada jawaban atas yang telah didoakan. Itu bukan masalah afirmatif atau negatif.


3.      Karena terjadi sesuai pengakuan mulut diri sendiri.
Kata-kata manusia khususnya kata-kata orang percaya disertai kuasa rohani (Lukas 10:5-6). Seseorang akan makan yang baik atau buruk dari buah mulutnya (Amsal 13:2), karena di sekitar kita ada malaikat atau roh-roh jahat yang bekerja sesuai pengakuan kita. Oleh sebab itu, supaya kita beruntung jangan berbuat sesuatu yang tidak beriman dengan mulut, walaupun teringat sesuatu yang negatif dan hal-hal yang tanpa iman

 

Ucapan Syukur adalah Prilaku yang Afirmatif



Allah memperlihatkan situasi manusia yang paling buruk sampai mentok melalui penderitaan dan sengsara Ayub dari Alkitab. Mungkin di antara kita tidak ada seseorang yang menderita sengsara begitu rupa pahitnya seperti Ayub.


Ketika  kita mengusir roh-roh najis, kita mengetahui bahwa roh-roh tersebut bersekongkol untuk menghancurkan kita (Markus 9:21-22). Oleh karena Yesus, kita tanpa menyadari  terlepas dari liang kubur.


Maka kita tidak mempunyai cara lain, melainkan hanya satu-satunya yakni bersyukur kepada Allah yang membiarkan kita menang, sebab Dia mengenal segala-galanya yang tersembunyi lalu menolong.  Dengan demikian kita dapat memahami kenyataan kita. Oleh sebab itu kita bersifat afirmatif,  meskipun kita berada dalam situasi sengsara, lalu selalu bersyukur. Ucapan syukur itu adalah sifat afirmatif yang bisa mengubahkan situasi yang bagaimanapun sulitnya, dan merupakan kesaksian akan kemenangan terakhir yang akan datang melalui iman dan sifat afirmatif itu  (Kisah 16:25-26).


Sifat afirmatif orang Kristen itu bukan dari akibat pasrah, atau kesialan yang berubah menjadi keberuntungan, atau juga sikap optimis dari kepercayaan kepada takdir. Namun karena memiliki modal yang konkrit maka orang Kristen bisa bersifat afirmatif.

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar