50. SIFAT SETUJU (AFIRMATIF)
“Dari buah mulutnya seseorang akan makan yang baik” Amsal 13:2
Doa, membaca
Alkitab, puji-pujian, ke gereja, penginjilan, memberi persembahan dll, hal-hal demikian merupakan ciri khas prilaku
orang Kristen yang dapat dilihat oleh siapapun.
Sedangkan wajah
yang tenang, cara bicara yang sopan, kehidupan yang rajin dan setia, sifat
mengalah dan sifat mementingkan kepentingan orang lain dll, hal-hal demikian tidak ada hubungan langsung
dengan orang Kristen. Namun, sifat demikian diharapkan sebagai sifat orang
Kristen.
Sifat afirmatif
juga salah satunya, tetapi sifat ini mengandung rahasia Injil yang tidak
terhitung dan merupakan dasar dalam pikiran, bahasa dan prilaku.
Botol yang Setengah
Terisi dengan Air
Jika kita minum air
dari botol akan menyisakan airnya, kira-kira setengah botol. Terhadap hal itu,
ada orang yang merespon dengan menggerutu, “hanya tinggal setengah”, dan ada juga orang yang merespon, “masih
tinggal setengah”. Dalam kasus yang pertama disebut sebagai sifat negatif,
sedangkan yang terakhir disebut sifat afirmatif. Kasus yang terakhir ini diakui
sebagai sifat yang diharapkan. Sifat orang Kristen yang afirmatif itu bukan
hanya dalam masalah perubahan sudut pandang, atau perubahan kata-kata yang digunakan
saja. Dan bukan juga bersikap pasrah atau optimis dari kepercayaan kepada
takdir.
Orang Kristen
beralasan bersikap optimis karena Allah
Mahakuasa, dan Allah akan menjawab doa kita karena janji Allah terhadap doa. Semuanya ini karena
kita memahami bahwa prinsip-prinsip rohani itu berlangsung tanpa kesalahan
walaupun tidak kelihatan.
Mengapa Kita Harus
Optimis?
1. Karena kita percaya Allah Yang Mahakuasa.
Apabila sekali Allah turun tangan dan turut bekerja, masalah fatal apapun
akan berubah, Allah dapat membalikan keadaan (Roma 8:28). Maka mereka yang
manjadi anak-anak Allah tidak kecewa dan tidak mengundurkan diri bahkan
memiliki sifat afirmatif, yang memisahkannya dari konsep kesialan
yang berubah menjadi keberuntungan secara kebetulan.
2. Karena percaya jawaban doa dari
Allah.
Modal dasar yang paling besar dari orang kudus di bumi adalah doa yang
tidak membiarkan Allah tinggal tenang (Yohanes 14:13-14). Karena percaya doa iman dijawab 100% melalui iman dan
melalui pengalaman. Oleh karena itu ia tidak ragu-ragu dan tidak memandang
secara negatif akan apa yang telah didoakan tetapi tetap bersifat afirmatif.
Seperti bila kita makan menjadi kenyang hal itu bukan masalah negatif atau
afirmatif, tetapi pengalaman yang wajar. Demikian juga hanya ada jawaban atas
yang telah didoakan. Itu bukan masalah afirmatif atau negatif.
3. Karena terjadi sesuai pengakuan
mulut diri sendiri.
Kata-kata manusia khususnya kata-kata orang percaya disertai kuasa rohani
(Lukas 10:5-6). Seseorang akan makan yang baik atau buruk dari buah mulutnya
(Amsal 13:2), karena di sekitar kita ada malaikat atau roh-roh jahat yang
bekerja sesuai pengakuan kita. Oleh sebab itu, supaya kita beruntung jangan
berbuat sesuatu yang tidak beriman dengan mulut, walaupun teringat sesuatu yang
negatif dan hal-hal yang tanpa iman
Ucapan Syukur
adalah Prilaku yang Afirmatif
Allah memperlihatkan situasi manusia yang paling buruk
sampai mentok melalui penderitaan dan sengsara Ayub dari Alkitab. Mungkin di
antara kita tidak ada seseorang yang menderita sengsara begitu rupa pahitnya
seperti Ayub.
Ketika kita
mengusir roh-roh najis, kita mengetahui bahwa roh-roh tersebut bersekongkol
untuk menghancurkan kita (Markus 9:21-22). Oleh karena Yesus, kita tanpa
menyadari terlepas dari liang kubur.
Maka kita tidak
mempunyai cara lain, melainkan hanya satu-satunya yakni bersyukur kepada Allah
yang membiarkan kita menang, sebab Dia mengenal segala-galanya yang tersembunyi
lalu menolong. Dengan demikian kita
dapat memahami kenyataan kita. Oleh sebab itu kita bersifat afirmatif, meskipun kita berada dalam situasi sengsara,
lalu selalu bersyukur. Ucapan syukur itu adalah sifat afirmatif yang bisa
mengubahkan situasi yang bagaimanapun sulitnya, dan merupakan kesaksian akan
kemenangan terakhir yang akan datang melalui iman dan sifat afirmatif itu (Kisah 16:25-26).
Sifat afirmatif
orang Kristen itu bukan dari akibat pasrah, atau kesialan yang berubah menjadi
keberuntungan, atau juga sikap optimis dari kepercayaan kepada takdir. Namun
karena memiliki modal yang konkrit maka orang Kristen bisa bersifat afirmatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar