Nama Yang Diberi Allah Sebagai Milik Pusaka
Ibrani 1:1-14
Khotbah Hari Tuhan Gereja
Sungrak Seoul
20 Oktober 2013
"Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka. Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?" dan "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?" Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia." Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: "Yang membuat malaikat-malaikat-Nya menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api." Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu." Dan: "Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu. Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan." Dan kepada siapakah di antara malaikat itu pernah Ia berkata: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu?" Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan? (Ibrani 1:1-14)
Mengapa Allah Memberi Roh
Kepada Manusia?
Allah
yang kita sembah satu-satunya yang berada dengan sendiri-Nya dan selamanya. Dia
sudah ada sebelum ada ruangan, dan Dia sudah ada sebelum Sorga para malaikat. Dengan
kata lain, Dia berada dengan sendirian dari kekekalan. Pada saat itu, Anak dan
Roh Kudus berada di dalam Allah sehingga tiga pribadi yang adalah Satu
Allah/Satu ke-Allahan. Allah menetapkan Anak menjadi Pewaris dan menciptakan
Sorga untuk Anak. Sorga adalah sebuah ciptaan, yang Allah ciptakan dengan
tangan-Nya. Ketika Anak Allah berada di dalam pangkuan-Nya, tidak ada yang
diperlukan untuk Sorga. Sorga diciptakan untuk saat ketika Anak akan keluar
dari pangkuan Allah. Lagi pula, angkasa dan bumi yang di dalam Sorga juga
diciptakan untuk Anak.
Manusia
juga diciptakan oleh Allah. Namun, sifat dasar manusia telah rusak yang membuat
Allah menyesal menciptakannya karena semakin dan semakin jauh dari harapan-Nya.
Allah pada zaman Nuh bahkan menghapuskan/membinasakan mereka dari muka bumi
melalui air bah. Orang-orang yang mati selama air bah tidak memiliki roh, jadi
mereka mati seperti binatang seperti mereka mengambil nafas terakhir mereka
(binatang). Karena Allah menyadari bahwa manusia tidak bisa menjadi allah
dengan cara apapun, Ia menghembuskan padanya roh agar menjadi makhluk rohani. Jadi,
manusia menjadi sebuah bejana yang dapat menerima firman Allah.
Roh
adalah bejana yang dapat menerima hadiah dari Allah. Manusia mampu menerima
berkat Allah, firman-Nya, perjanjian-Nya, dan Roh-Nya karena ia mempunyai roh. Ciptaan
apapun yang ada di atas bumi yang tidak memiliki roh, hidup berdasarkan hukum
alam. Tetapi, Allah menginginkan manusia hidup dari apa yang berasal dari Dia daripada
oleh nasib. Inilah mengapa Ia membuat manusia menjadi makhluk rohani dan
memberkati roh itu.
Berkat
datang pada kita melalui perintah Allah. Jika saudara menginginkan untuk
menerima berkat Allah, saudara harus menerima perintah-Nya dan melakukannya. Firman
Allah adalah perintah-Nya, dan perintah ini adalah hidup kekal bagi manusia. Allah
telah memberikan perintah-Nya kepada kita, jadi kita harus melakukannya supaya
memperoleh hidup kekal. Allah memberi kita iman, jadi kita harus melakukan iman
itu. Allah memberi kita kasih karunia, jadi kita harus menaati kasih karunia
itu. Allah memberkati kita, jadi kita harus mematuhi berkat itu. Beberapa orang
salah mengerti kata ‘kasih karunia’ dan berpikir bahwa Allah akan tetap senang
apabila kita tidak mematuhi. Akan tetapi, itu sangat jauh dari kebenaran dan
kita harus tidak pernah untuk tidak mematuhi Allah.
Apa Yang Ada Di Dalam
Alkitab?
Ibrani
1:1-2 katakan, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam
pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka
pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan
Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.
Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” Kehendak Allah ditemukan di
Alkitab. Tetapi, ini tidak berarti bahwa seluruh Alkitab terdiri dari kehendak
Allah. Kenyataannya, ketidakbenaran manusia ada di dalam Alkitab. Ketika emas
ditambang dari tanah, potongan-potongan emas kecil tertanam dalam unsur-unsur
lain. Alkitab juga sama. Diantara cerita yang mengungkapkan sifat
ketidakbenaran manusia, kehendak Allah tertanam diantara mereka.
Orang
mungkin tidak mengerti firman yang Allah katakan melalui para nabi dalam
berbagai cara dan waktu di masa lampau. Tetapi, ketika Yesus datang dalam zaman
akhir dan menggenapi kehendak Allah Bapa, orang mulai mengerti bahwa pesan
utama Alkitab adalah Yesus Krisus. Seperti Yesus katakan, “Akan kebenaran, karena
Aku pergi kepada Bapa-Ku dan kamu tidak melihat Aku lagi” (Yohanes 16:10), jika
cerita tentang Dia diambil dari Alkitab, satu-satunya yang tersisa ialah akan
ketidakbenaran manusia yang memberikan alasan untuk kebinasaan oleh air bah.
Saudara Mengakui Yesus
Sebagai Siapa?
Demikian,
Allah mengutus Anak-Nya ke dunia yang tidak benar ini. Ketika Anak datang,
siapakah yang melihat Dia sebagai Anak Allah? Yesus memanggil Allah “Bapa”-Nya,
tetapi orang-orang menyalibkan Dia karena mengatakan sesuatu hal seperti
penghujatan. Orang-orang seperti itu tidak mengerti gagasan yang menyatakan
bahwa Allah yang adalah Roh mempunyai Anak dalam daging. Lagi pula, mereka
tidak bisa menerima bahwa satu-satunya Allah yang benar memiliki seorang Anak yang
mana artinya menyamakan Dia.
Orang
Kristen percaya apa yang dunia tidak dapat mengerti atau mentolerir dengan akal
sehat mereka. Ketika orang Kristen berkhotbah, “Yesus adalah Anak Allah! Darah
Yesus yang tertumpah adalah darah Allah,” orang dunia menganggap kata-kata ini
sebagai yang sangat fanatik. Dan lagi, bahkan ada orang yang di dalam gereja
yang hanya percaya pada hal-hal yang mereka dapat pahami dengan akal dan
kecerdasan mereka. Mereka menganggap Yesus sebagai guru kehidupan mereka, tetapi
mereka tidak mengetahui Dia sebagai Anak Allah yang mampu menyelamatkan roh
jiwa mereka. Saudara bisa percaya apa saja yang saudara inginkan di dunia ini. Saudara
mempunyai kebebasan itu. Akan tetapi, pertanyaan yang Yesus akan tanyakan pada
Hari Penghakiman nanti adalah “Menurut kamu siapakah Aku ini?” lebih baik dari
pertanyaan moral.
Ketika
orang lain mengatakan bahwa Yesus adalah seorang nabi besar, Petrus katakan, “Engkau
adalah Kristus, Anak Allah Yang Hidup” (Mat. 16:16). Untuk hal ini, Yesus
katakan bahwa Dia akan membangun gereja-Nya diatas iman ini sebagai fondasi. Bagi
beberapa orang, mereka tidak tertarik siapakah Yesus itu, tetapi lebih baik merasa
terhibur dalam fakta bahwa mereka telah hadir di gereja dan telah memberikan
keikhlasan dan pengabdian mereka. Namun, kita tidak hanya mengabdikan diri
secara membabi buta seperti orang yang mistik. Pengabdian secara membabi buta
diberikan oleh orang yang ingin memuaskan diri mereka sendiri melalui agama. Iman
kita bukanlah sebuah agama. Allah memberikan Anak-Nya, Yesus, sebagai obyek
dari iman kita daripada sebuah agama. Jika saudara secara membabi buta percaya tanpa
mengetahui apa yang saudara percayai, maka itu akan menjadi sebuah agama, sesuatu
yang tidak mempunyai arti/sia-sia.
Jika
kita bertanya, “Siapakah Yesus?” kita harus bisa berani mengatakan, “Yesus
adalah Kristus, Anak Allah Yang Hidup.” Yohanes 1:14 katakan, “Dan Firman itu
menjadi tubuh dan tinggal bersama-sama kita, dan kita melihat kemuliaan-Nya sebagai
Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” Orang di dunia dengan
jelas tidak melihat Yesus sebagai Anak Allah. Oleh karena itu, mereka tidak
percaya Dia, atau datang ke gereja. Sebenarnya, orang akan datang ke gereja
dengan sendirinya jika mereka percaya Yesus sebagai Anak Allah. Akan tetapi, orang
acuh tak acuh terhadap Yesus. Jika seorang selebriti datang ke gereja, maka
orang akan menunggu di luar dari pagi untuk bertemu dengan selebriti itu. Bukan
hanya orang acuh tak acuh terhadap Yesus, mereka memperlakukan orang-orang yang
menganggap-Nya sebagai Anak Allah sebagai orang gila. Inilah mengapa rasul
Paulus katakan, “Sebab jika kami tidak menguasai diri kami, itu bagi Allah; atau
jika kami menguasai diri, itu bagi kamu” (II Kor. 5:13).
Apa Yang Allah Inginkan Dari
Kita Di Dunia Ini?
Yesus
datang sebagai yang terendah dan terkecil di dunia ini. Dia lapar, haus, kesepian,
telanjang, sakit, dan dipenjara. Kepada mereka yang memperhatikan Dia, Yesus
katakan, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang
telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan: sebab Aku lapar dan kamu
memberi-Ku makan; Aku haus dan kamu memberi-Ku minum; Aku seorang asing dan
kamu menyambut-Ku; Aku telanjang dan kamu memberi-Ku pakaian; Aku sakit dan
kamu melawat Aku; Aku dipenjara dan kamu mengunjungi Aku” (Mat. 25:34-36). Di
sisi lain, kepada mereka yang tidak memperhatikan Dia, Yesus katakan, “Enyahlah
dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang
kekal yang telah sedia untuk iblis dan malaikat-malaikatnya: Sebab ketika Aku
lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku
minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku
telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara,
kamu tidak melawat Aku.” (Mat. 25:41-43).
Karena
orang melihat dari penampilan luar, mereka berpikir bahwa Anak Allah akan
datang kepada mereka dengan kemuliaan dalam mahkota yang indah. Kenyataannya
ialah bahwa Yesus adalah seorang muda yang miskin dari sebuah kota kecil yang
sedikit diketahui yang bernama ‘Nazaret,’ dan tak seorangpun membela-Nya ketika
Ia disalibkan meskipun rumor dari ‘ajaran baru yang berkuasa’ atau ‘pemerintahan
yang kuat’-Nya. Siapakah yang akan percaya Dia sebagai Anak Allah ketika
situasi menjadi seperti ini? Siapakah yang akan percaya bahwa Dia adalah Anak
Allah sejak Dia dihukum mati di kayu salib? Tetapi, Yesus membuat hal yang
jelas bahwa bagaimana kita menjalankan kehidupan kekal kita itu bergantung pada
bagaimana kita fokus pada-Nya ketika Ia sedang di dalam daging. Perhatian Allah
tidak terletak pada apakah kita berdosa atau tidak. Dia memperhatikan dengan
seberapa banyak perhatian kita berikan terhadap Anak yang Dia utus.
Yesus
mengajarkan kita untuk berdoa, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga”
(Mat. 6:10). Yesus akan melalui penderitaan di bumi adalah kehendak Allah yang
terjadi di bumi seperti di sorga. Inilah mengapa Yesus berseru, “Sudah selesai!”
sebelum Dia mengambil nafas terakhir-Nya. Pada saat itu, Yesus adalah orang
yang paling menyedihkan di bumi, tapi Yesus sangat bersukacita karena kehendak
Bapa tergenapi di bumi. Yesus juga mengajar gereja, tubuh-Nya, bahwa akan
tinggal di bumi setelah kenaikan-Nya, “Aku sudah menggenapi kehendak Bapa di
Sorga, jadi kamu harus berdoa supaya kehendak Bapa tergenapi di bumi.” Bukan
hanya itu, Yesus juga mengajar kita untuk berdoa agar kehendak Bapa dapat
dilakukan melalui mereka yang menerima Roh Kudus. Allah telah memberikan iman
yang mengagumkan ini kepada kita.
Hal Yang Perlu Kita Lakukan
Dengan Nama Yesus, Milik Pusaka Kita.
Di
dalam Alkitab, nama-nama dari penghulu malaikat muncul, Mikhael dan Gabriel.
Mikhael di antara mereka adalah malaikat yang memimpin bala tentara sorga, memiliki
kuasa untuk mengikat bahkan si iblis. Namun, terlepas dari status mereka, tidak
ada malaikat yang diberikan janji untuk dapat memanggil Allah sebagai Bapa
mereka. Alasan mengapa kita dapat memanggil Allah, “Abba Bapa” adalah karena
Dia telah memberikan kita nama Yesus sebagai milik pusaka. Allah telah
memberikan nama itu kepada Anak sebagai milik pusaka (Mat. 1:21). Nama itu jauh
lebih indah dan sempurna daripada yang lain (Ibr. 1:4). Allah telah memberi
nama ini kepada Anak yang taat sampai mati (Filipi 2:8-9).
Anak
Allah sangat bergembira bahwa nama Bapa diberikan kepada-Nya dan di dalam Dia. Tuhan
menginginkan kita untuk juga memiliki nama itu sehingga kita bisa menjadi
anak-anak Allah. Yohanes 1:12 katakan, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya
diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya
dalam nama-Nya;” Kita mampu memanggil Allah sebagai Bapa kita bukan hanya
karena kita telah diberikan wibawa dan kuasa untuk melakukannya dengan dibaptis
dalam nama Yesus, tetapi karena kita telah menerima Roh Kudus di dalam nama
yang sama itu (Rom. 8:16).
Nama
Yesus adalah milik pusaka yang diberikan kepada anak-anak-Nya oleh Allah. Perintah
untuk berdoa dalam nama Yesus itu tidak berarti saudara katakan, “Kami berdoa
dalam nama Yesus” pada bagian akhir seperti saudara menempatkan cap pada amplop
untuk mengirimkannya. Berdoa dalam nama Yesus berarti untuk berdoa berdasarkan
nama itu sebagai milik pusaka kita. Orang di dunia menginginkan untuk membuat
uang atau kekuasaan sebagai milik pusaka mereka. Namun, milik pusaka kita adalah
nama Yesus. Allah memberikan nama itu kepada Anak, dan Anak memberikan nama itu
kepada kita melalui Roh Kudus setelah berunding dengan Bapa. Yesus katakan
kepada Bapa, “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu
yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti
Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu
nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak
ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah
ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.” (Yohanes
17:11-12).
Kepada
Petrus yang mengakui, “Tuhan, Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup,”
Yesus katakan, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat
di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan
terlepas di sorga.” (Mat. 16:19). Bangsa Israel telah penasaran dengan orang
yang memiliki ‘kunci Daud’ untuk waktu yang lama. Wahyu 3:7 menunjuk kepada
Yesus sebagai “Dia yang memiliki kunci Daud.” Ketika Daud menjadi raja, negara
Israel sangat kuat dan makmur dimana tidak ada negara yang berani menantang itu.
Raja Daud memiliki sebuah kunci yang apakah dia lepas atau terikat, hal itu
dilakukan. Bangsa Israel percaya bahwa negara mereka akan diselamatkan hanya
ketika seseorang seperti Raja Daud datang. Keinginan mereka bagi pemerintahan
Daud untuk datang lagi menyebabkan ‘Penggenapan Mesianik.’
Hari
ini, kita memiliki Kerajaan Sorga yang disebut ‘Yesus.’ Bagi mereka yang
memiliki kunci itu, apa yang mereka ikat di bumi akan terikat di Sorga, dan apa
yang mereka lepas di bumi akan terlepas di Sorga. Yesus katakan, “Dan apapun
yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan
di dalam Anak. Jika kamu meminta apapun dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya”
(Yohanes 14:13-14). Jika kita berdoa sambil memiliki nama Yesus sebagai milik
pusaka kita, maka pintu Sorga akan terbuka, tetapi jika tidak, maka pintu Sorga
akan tertutup.
Kita
harus dengan agresif menggunakan kunci yang Yesus berikan pada kita. Kita
seharusnya tidak menggunakan itu kadang-kadang ketika kita sakit, atau ketika
kita mendapat masalah. Tubuh bisa mati segera setelah sembuh, atau setelah
membuat banyak uang. Kita harus berharap dan berdoa untuk kehendak Bapa supaya
tergenapi melalui kita di dunia ini. Kita harus bersaksi kehendak Bapa tergenapi
karena percaya nama Yesus yang adalah milik pusaka kita.
Anak
Allah menghargai nama Bapa yang diberikan pada-Nya oleh Bapa sebagai milik
pusaka-Nya. Dia menaati kehendak Bapa untuk nama Yesus, dan akhirnya naik ke
Sorga. Kita juga harus hidup untuk nama itu, bekerja oleh karena nama itu, diselamatkan
karena nama itu, menyatakan kuasa dengan nama itu, dan menjangkau untuk
menginjili dunia dengan nama itu. Barangsiapa mengakui bahwa mereka sedang
bekerja selagi mengandalkan nama itu sebagai milik pusaka mereka perlu untuk
bebas dengan kunci nama Yesus daripada mengandalkan seseorang untuk menolong dan
menyediakan bagi mereka. Kepada pengemis yang ada di pintu gerbang bait Allah, Petrus
katakan, “Perak dan emas aku tidak punya, tetapi apa yang aku miliki kuberikan
padamu: Dalam nama Yesus Kristus orang Nazaret itu, bangunlah dan berjalanlah”
(Kisah 3:6). Seperti Petrus, kita harus menggunakan nama Yesus yang kita miliki.
Nama
Yesus adalah milik pusaka kita. Anak Allah menjadikan nama ini menjadi milik
pusaka-Nya, dan Dia memberikan nama itu kepada kita. Roh Kudus yang datang kepada
kita memeteraikan, bersaksi, dan bekerja melalui nama ini. Kita harus setia di
dalam nama Yesus tidak peduli seberapa kecil tugasnya bagi Allah. Kita harus
tidak pernah pelit terhadap Allah. Apapun pekerjaannya, kita harus melakukan
itu dengan segenap hati kita, pikiran kita, dan kekuatan kita sehingga kita
dapat menarik perhatian-Nya. Nama Yesus harus menjadi milik pusaka, kunci
Kerajaan Sorga, kunci kemuliaan, dan kunci kebahagiaan.
Rangkuman Bahasa Korea oleh Pendeta Ki-Taek Lee
Diterjemahkan oleh Pusat Misi Terjemahan Bahasa Inggris Shee Mu Awn
www.sungrakberea.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar