"Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani." (Kisah Para Rasul 17:11-12)

Translate

Sabtu, 09 Mei 2015

Muridkanlah Segala Bangsa

Muridkanlah Segala Bangsa
Matius 28:16-20


Khotbah Hari Tuhan di Gereja Sungrak Seoul
General Overseer Kim Sung Hyun
2015/01/04

"Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

· Intisari Khotbah

Allah yang kita sembah
mengasihi umat manusia.
Dia
adalah yang hidup kekal,
dan memelihara janji-janji-Nya karena Dia adalah yang menggenapi.
Alasan Allah mengutus Anak-Nya sebagai Juruselamat dunia
ialah supaya tidak kehilangan roh jiwa manusia kepada Iblis,
tetapi untuk menyelamatkan semuanya dengan memberikan Anak-Nya (Ef. 2:1-3).
Manusia dijauhkan dari Allah
dan menjadi yang termasuk Iblis untuk waktu yang lama,
sehingga sifat Iblis juga bawaan di dalam diri manusia (1Yoh 3:8).
Untuk menebus ini,
Allah harus mengambil tindakan tegas,
yaitu, Ia membuat Yesus menanggung semua dosa manusia (Kis. 5:30-32).
Meskipun
Yesus menerima hukuman dan mati
di salib bagi umat manusia,
Allah menghidupkan-Nya, karena Dia tak berdosa (Kis. 3:14-15).
Agar kebenaran (T) ini diketahui dengan pasti,
Ia mengutus Roh Kudus untuk mengajar kita,
yaitu, Injil.

○ Injil adalah iman kita.
Percaya di dalam Injil ialah melakukan iman.
Tanpa iman, seseorang tidak dapat diselamatkan.

○ Oleh karena itu,
Allah memerintahkan orang-orang kudus untuk memberitakan Injil
supaya segala bangsa memiliki iman ini.

○ Kehidupan yang saleh bukanlah tujuan kita.
Kita telah menerima firman dari Yesus Tuhan kita
dan dengan demikian tugas kita untuk berbagi iman kita dan mengajarkannya.


Karena Roh Kudus juga mendukung pekerjaan ini,
kita harus menggenapi kehendak Tuhan,
ketika kita sungguh-sungguh mengajarkan mereka untuk menerima kasih anugerah.

· Rangkuman Khotbah

Persyaratan yang Diperlukan untuk Memenuhi Amanat Agung

Sebelum naik ke Sorga setelah kebangkitan-Nya, Yesus berkata, “Oleh karena itu pergilah dan muridkanlah semua bangsa, baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, ajarlah mereka untuk melakukan segala sesuatu yang telah Aku perintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20). Sekarang kita sedang bekerja sesuai dengan perintah ini karena kita menunggu Yesus untuk kembali.

“Muridkanlah segala bangsa” tidak berarti bahwa setiap jemaat dari gereja harus pergi ke luar negeri dan mengajar orang-orang asing. Tuhan mengatakan hal ini dalam arti bahwa gereja-Nya akan menyebarkan Injil di seluruh dunia. Sejak pertama kali didirikan di Yerusalem, gereja telah secara bertahap bertumbuh dan tersebar di luar Yudea dan Samaria.

“Ajarkanlah mereka untuk melakukan segala sesuatu” tidak berarti untuk sekedar menyampaikan pengetahuan rohani tetapi untuk benar-benar menolong orang-orang agar memiliki hidup kekal melalui Yesus Kristus, yaitu, menolong mereka untuk hidup dalam kebebasan, kemerdekaan dan sukacita kekal.

Supaya menggenapi amanat agung ini, harus ada keseimbangan dari keempat kondisi penting seperti keempat roda dari sebuah kendaraan bermotor. Dua kondisi yang bisa dibandingkan dengan kedua roda depan ialah kasih karunia, kebenaran (truth) dan kuasa dari Yesus Kristus, dan kehidupan yang taat dan pengorbanan yang Dia tunjukkan. Dua lainnya yang dapat disamakan dengan dua roda belakang ialah iman kita dalam firman Kebenaran (Truth), dan kehidupan yang taat dan pengorbanan yang kita harus miliki sebagai anggota tubuh Yesus Kristus.

Orang-orang Yahudi dari Perjanjian Lama hanya mendisiplinkan tubuh mereka, menjadi orang-orang berdosa yang tidak mengenal Yesus Kristus. Sebaliknya, orang Kristen kita mendisiplinkan diri kita setelah kita telah menjadi orang benar melalui pertemuan kita dengan Yesus Kristus dan menerima kasih anugerah-Nya. Mengapa kita perlu mendisiplinkan dan mengembangkan diri kita setelah menerima keselamatan? Ini karena kita harus melaksanakan amanat agung yang diberikan oleh Yesus Kristus. Kita harus ingat bagaimanapun, bahwa kedisiplinan dan pengembangan ini adalah untuk kesatuan diri kita. Dan supaya mengerti hal ini dengan tepat, kita harus mengerti apa itu manusia dahulu.

Jiwa sebagai Kesatuan dari Kesatuan Diri (Holistik)

Sebagai sebuah kepribadian dengan sebuah daging (tubuh), manusia secara sifat adalah berbeda dengan kepribadian rohani yang tidak mempunyai daging seperti Allah dan malaikat-malaikat. Jika kita mempertimbangkan bahasa di mana Alkitab pada awalnya ditulis, manusia dapat disebut sebagai jiwa, yang dalam bahasa Ibrani nephesh, dan psūchê dalam bahasa Yunani. Jiwa manusia yang ada berdasarkan daging berbeda halnya dengan Allah atau malaikat-malaikat. Dengan demikian jiwa manusia tidak dapat dianggap sebagai yang terpisah dari tubuh. Jiwa adalah suatu kesatuan keberadaan manusia, sebuah konsep dengan menggabungkan tubuh juga.

Terlepas dari jiwa, manusia mempunyai roh yang Allah tuangkan pada Adam (Kej 2:7). Namun roh tersebut telah mati sebagai akibat dari ketidaktaatan Adam dan dengan demikian tidak bisa menjalankan fungsi aslinya. Meskipun roh tidak lenyap, komunikasi manusia dengan Allah telah terputus. Sejak saat itu, manusia hidup sesuai dengan hawa nafsunya, kehilangan mantan dirinya yang lengkap. Dengan kata lain, ia hidup dari roti saja. Ini adalah kenyataan dari kehidupan manusia, menjadi yang dipimpin oleh keegoisan dan keserakahan tubuh tanpa menyadari sedikit pun keberadaan rohnya.

Ketika kita menunjuk kepada diri kita sendiri, kita selalu berkata “aku” atau “jiwaku” (seperti roh-jiwa). Dalam Alkitab, ungkapan “jiwaku” seringkali muncul. Sebagai contoh, Mazmur 119:175 mengatakan, “Biarlah jiwaku hidup, dan memuji-muji Engkau.” Dalam ayat ini, kata Ibrani nephesh telah diterjemahkan sebagai “jiwaku”. Tetapi di Mazmur 120:6 (RSV), kata yang sama diterjemahkan sebagai “aku”. Maka “jiwaku” dan “aku” digunakan secara bergantian. Kemudian lagi, Mazmur 119:25 menterjemahkan kata yang sama sebagai “jiwaku”. Jadi “aku” adalah “jiwaku” dan sebaliknya. Itulah mengapa Mazmur 130:5 menyamakan “aku” dan “jiwaku” yang berkata, “Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti.” Demikian pula kata nephesh mengacu pada kesatuan diri (holistik) manusia termasuk tubuh.

Hal yang sama bagi psūchê yang adalah bahasa Yunani yang setara dengan nephesh. Itu dikatakan dalam 1 Petrus 3:20, “Ketika bahtera sedang dipersiapkan, di mana hanya sedikit, yaitu, delapan jiwa, yang telah diselamatkan dari air.” Kata jiwa dalam “delapan jiwa” di sini adalah psūchê. Kata bahasa Yunani ini juga menunjuk kepada kesatuan diri manusia (holistik) seperti nephesh. Singkatnya, jiwa adalah sebuah gagasan yang mengacu pada kesatuan diri (holistik) termasuk tubuh.

Kehilangan dan Pembaruan dari Kesatuan Diri (Holistik)

Sehubungan dengan semua ini adalah sesuatu yang memeras hati kita, yang merupakan fakta bahwa kita sudah mati di masa lalu. Efesus 2:1-5 mengatakan, “dan kamu yang dibuat-Nya hidup, yang telah mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu, di mana kamu pernah berjalan sesuai jalan dunia ini, menurut penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka, di antaranya juga kami semua pernah memimpin diri kami dalam hawa nafsu daging kami, memenuhi keinginan daging dan pikiran kami yang jahat, dan yang harus dimurkai, sama seperti yang lain. Tetapi Allah, yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar yang dilimpahkan-Nya kepada kita, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus (oleh kasih karunia kamu diselamatkan).”

Berkaitan dengan bagaimana kita yang mati telah dibuat hidup, itu sudah dikatakan dalam Mazmur 124:7, “Jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung; jerat itu telah putus, dan kita pun terluput.” Kita telah dengan pasti terluput dari jerat Iblis seperti seekor burung terluput dari jerat pemburu. Kemudian Hosea 6:2 bernubuat, “Sesudah dua hari Ia akan menghidupkan kita; pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, sehingga kita akan hidup di hadapan-Nya.” Kita semua sudah mati sejak roh manusia mati. Aku, yaitu “roh jiwaku”, telah melakukan dosa-dosa yang tak terhitung dan menunggu penghukuman kekal dan maut. Kita telah kembali kepada Allah. Namun ada sebuah masalah. Daging telah mengambil kendali tempat roh yang sudah mati, dan karena itu, kita menjadi budak Iblis. Kematian roh kita pertama-tama harus dihidupkan bagi kita untuk kembali kepada Allah. Ini adalah suatu hal yang mustahil dengan kemampuan diri kita. Karena alasan ini, Allah mengutus Anak-Nya dan melepaskan kita dari penangkap burung. Jadi yang mati akhirnya dihidupkan.

Hal ini tentunya tidak terjadi dengan sangat mudah. Allah dan manusia merupakan kepribadian dan sosok keberadaan yang berbeda. Ini tidak mungkin bagi Allah yang adalah roh dan kita yang adalah daging untuk bertemu sekalipun. Dalam keadaan seperti ini, Allah menyelamatkan kita. Dan itu hanya mungkin karena Allah adalah roh. Sebagai roh, Allah tidak dibatasi oleh apapun yang termasuk dunia jasmani.

Allah menyatakan diri-Nya melalui Firman. Akan tetapi, manusia yang berada di dunia jasmani tidak bisa mendengar suara dari Allah yang adalah roh, dan dengan demikian ia akhirnya akan binasa sebab ketidaktaatan. Tapi karena Allah adalah roh, Ia melampaui sifat-Nya dan berbicara sehingga manusia dapat mendengar. Ini bukanlah manusia yang mengatasi keterbatasannya untuk mendengar firman Allah, tetapi Allah yang turun ke tingkat manusia supaya baginya bisa mendengar firman Allah. Dengan kata lain, meskipun manusia penuh dengan kelemahan, ia bisa menjadi yang mendengar firman Allah sebagai yang berada dalam kesatuan (holistik) dirinya.

Hal ini tidak berhenti di sana. Saat waktunya datang, firman Allah menjadi daging dan datang ke dunia. Dengan demikian manusia dapat melihat-Nya dengan mata, mendengar-Nya dengan telinga, dan menyentuh-Nya dengan tangannya. Yesus Kristus adalah puncak dari kelebihan (hal melampaui) Allah. Itu karena hal yang melampaui seperti itu sebagai hal ini bahwa kita, yang adalah budak iblis, datang untuk bertemu Allah dalam Yesus Kristus.

Dengan bertemu Allah kita datang untuk mengenal kebenaran tentang kasih Allah yang dicurahkan pada kita. Yesus Kristus yang adalah Firman yang menjadi daging, merobek tubuh-Nya sendiri dan mencucurkan darah-Nya untuk membayar harga dosa kita. Maka dari itu, kita telah dibebaskan dari penghukuman kekal dan yang sekarang sedang menuju Kerajaan Sorga.

Hal itu bukan saja berita gembira. Kita telah menerima manfaat yang penting melalui apa yang Yesus telah lakukan, dan itu adalah kita sekarang bisa mendengar firman Allah. Fungsi dari roh kita yang mati telah diganti oleh firman Yesus, dan firman-Nya telah memenuhi tempat kosong yang ditinggalkan karena kematian roh kita. Dengan demikian roh jiwa kita telah sepenuhnya pulih untuk pertama kali setelah ribuan tahun.

Yesus berkata, “Rohlah yang memberi hidup; daging sama sekali tidak berguna. Firman yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yoh 6:63). Karena roh Kristus berada di dalam kita, kita tidak lagi yang termasuk daging tetapi yang termasuk roh. Kita tidak akan menjadi yang termasuk Kristus apabila Roh Kristus tidak berada di dalam kita. Tetapi Kristus tinggal di dalam kita sehingga, meski tubuh kita mati karena dosa, roh kita dihidupkan melalui kebenaran (righteousness) (Rom 8:9-10). Karena kita telah disalibkan dengan Kristus, bukan kita lagi yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam kita. Bahkan meskipun kita masih hidup di dalam tubuh, kita hidup dengan iman dalam Anak Allah yang mengasihi kita dan dan memberikan diri-Nya kepada kita (Gal 2:20).

Gereja yang Mengalahkan Sifat Dasar Daging

Karena Yesus berkata untuk memuridkan segala bangsa dan mengajar mereka, ini telah menjadi tugas kita. Ada dua hal yang telah kita peroleh melalui Yesus Kristus. Pertama kita yang mati telah dihidupkan, dan kedua, kita menjadi murid-Nya yang tinggal dalam firman-Nya. Yesus berkata, “Jika kamu tinggal dalam firman-Ku, kamu adalah benar-benar murid-Ku” (Yoh 8:31). “Tinggal” mengacu pada berada di tempat tertentu secara terus-menerus, bukan hanya mengunjunginya sesekali. Karenanya supaya menjadi murid dan juga memuridkan, kita harus tidak hanya melewati pengetahuan rohani melainkan perubahan terus-menerus dan permanen dari kepribadian kita harus mengikutinya juga.

Menjadi yang lahir kembali dalam Yesus Kristus, kesatuan (holistik) diri kita sekarang perlu untuk hidup oleh firman. Roh Kudus datang kepada kita yang telah menjadi penuh melalui Roh Kristus, dan menuntun kita melalui jalan hidup kekal. 1 Petrus 1:14-15 mengatakan, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu.” Di masa lalu kita dikuasai oleh daging kita, akan tetapi sekarang kita harus menjadi yang dikuasai oleh Roh Kristus. Kita harus memandang firman Tuhan sebagai rumah kita. Kita harus keluar dari emosi kita dan alam yang diperintah oleh Iblis. Bahkan sekarang Yesus Kristus menanggung dosa-dosa kita dan kelemahan dan bekerja untuk kita, dan karena itu kita seharusnya melakukan bagian kita juga.

Jemaat gereja harus berjuang untuk mengalahkan sifat dari tubuh mereka. Semua orang berada dalam perjuangan sengit untuk keberadaan dan bersaing untuk kekayaan dunia ini. Dan dalam perjuangan itu, permusuhan dan percideraan terhadap orang lain telah menjadi terlalu biasa. Orang-orang menjadi lebih dan lebih egois dan dingin. Hampir tidak ada kepedulian bagi orang lain dalm hati orang-orang, bahkan mengatakan hal seperti, “Jangan tanya aku!” “Apa yang kau lihat!” “Apakah kau mengenal aku?” Ini adalah sifat dari daging. Sekarang jika sifat dari daging ini adalah lazim bahkan di antara jemaat gereja, di mana lagi orang-orang bisa pergi mencari sukacita jika mereka datang ke gereja dari dunia?

Orang tidak percaya mungkin datang ke gereja karena penasaran. Meskipun demikian mereka tidak akan memiliki alasan untuk bertahan apabila mereka tidak menemukan apa pun yang berbeda dari dunia. Sabagai mereka yang telah menerima hidup kekal dan dapat berbicara tentang kebahagiaan yang diberkati Allah, kita harus membiarkan diri kita menjadi sebuah kesaksian dari Allah yang hidup kepada mereka.

Betapa tegang dan lelahnya orang-orang dari kehidupan kerja, tertekan tentang anak-anak mereka, dan betapa sensitif dan tegangnya orang-orang yang terbuat dari persaingan sengit mereka untuk bertahan hidup? Sebagai cara untuk menghargai dan menghibur diri mereka dari tubuh mereka yang lelah dan kecemasan, mereka berpaling ke budaya. Peran kita bukanlah untuk mengkritik atau mengumpat mereka karena itu, tetapi mendekati mereka dengan merendahkan diri kita seperti Yesus Kristus lakukan dan membiarkan mereka mengenal tentang sukacita Allah. Tuhan mengharapkan kita untuk melakukannya juga, dan menyiapkan penghargaan bagi mereka yang melakukannya.

Ada beberapa orang jemaat gereja yang merintih karena mereka tidak bisa untuk mengatasi tekanan yang sengit dari dunia. Walaupun mereka dijauhi oleh dunia, mereka harus tidak dibenci di gereja. Gereja seharusnya penuh dengan orang-orang yang lemah lembut. Mereka yang lelah dan sakit oleh dunia harus bisa menemukan pengharapan dan dorongan (semangat) di dalam gereja. Untuk itu, darah dari Dia yang memberikan diri-Nya bagi kita harus tembus melalui hati dan tindakan kita. Dari diri kita yang diubah harus mengalir keluar kasih anugerah dari Yesus Kristus yang telah mengasihi kita.

Keperluan untuk Disiplin Kesatuan Diri (Holistik)

Kita harus mengajarkan orang lain sesuai dengan perintah Tuhan. Tetapi dewasa ini, siapakah yang ingin menjadi murid orang lain? Dan tidak seorang pun dapat diajarkan dengan tegas. Bahkan jika seorang dengan aktif hadir di gereja, dia tidak bisa memimpin orang lain ke gereja kecuali dia seorang penginjil. Bahkan jika orang-orang datang ke gereja, mereka tidak bisa menjadi murid jika mereka tidak dapat menetap di gereja. Untuk memuridkan, kita pertama-tama harus menolong mereka untuk menetap di dalam gereja. Namun sewaktu mereka datang, mereka yang ingin menyebut dirinya sendiri guru hanya yang sombong dan mencoba untuk mengajar orang, tanpa menunjukkan sebuah kasih dan kebaikan sejati, kepedulian dan perhatian. Apakah kita dengan sengaja menjaga jarak dari orang lain agar tidak diganggu, pada saat kita harus benar-benar merangkul anggota yang sedang menghadapi masalah di sekeliling kita? Siapa yang akan datang kepada kita untuk belajar dan apa yang akan mereka pelajari dari kita jika ada sikap acuh tak acuh yang luas dan kurangnya perhatian di gereja?

Gereja adalah milik Tuhan yang Ia beli dengan darah-Nya sendiri. Beberapa orang membawa kecendrungan berpusat pada diri sendiri (egosentris) ke dalam gereja dari dunia sehingga mereka selalu memusuhi orang lain dan selalu berada di tepi berusaha untuk menjaga diri terhadap orang lain. Orang-orang seperti itu tidak bisa disebut murid-murid Tuhan. Meskipun berbicara dalam bahasa roh dan kata-kata malaikat, tanpa kasih, itu semua tidak ada gunanya tetapi sama dengan gong yang berkumandang atau canang yang gemerincing. Sekalipun kita mempunyai karunia untuk bernubuat dan mengetahui semua pengetahuan rohani dan bahkan memiliki iman untuk memindahkan gunung, tanpa kasih semua itu tidak berarti. Walaupun kita memberikan segala yang kita punya untuk menolong orang miskin dan memberi diri kita untuk dibakar, tanpa kasih, itu semua tidak akan berfaedah bagi kita pula (1 Kor 13:1-3).

Alkitab mengungkapkan bahwa Allah menunjukkan kasih-Nya dengan datang ke dunia yang diciptakan di dalam tubuh dan mengorbankan diri-Nya. Dalam Injil inilah kebenaran (truth) Allah ditemukan. Allah tidak hanya mengatakan dengan kata-kata, Ia menunjukkan kebenaran-Nya dalam tindakan. Yesus Kristus tidak ragu-ragu pada kemustahilan yang di hadapan-Nya tetapi dengan pasti menggenapi kehendak Allah (Bil 23:19). Siapa pun yang ingin melakukan firman Allah harus meneladani teladan Yesus yang mengingat dan melakukan firman Bapa seperti itu.

Apabila kita dengan mudah mengerti perintah Tuhan “ajarlah” hanya sebagai penyebaran pengetahuan rohani dan terus melakukannya, kita akan kehilangan segala kesempatan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa di dunia ini. Kita tidak hanya harus menyampaikan kepada orang lain pengetahuan rohani, kita juga harus berkembang dan disiplin untuk berubah di dalam kesatuan (holistik) kita. Roma 8:13-14 mengatakan, “Karena jika kamu hidup menurut daging kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Sebab semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak-anak Allah.”

Pada saat Petrus bersekutu dengan beberapa orang bukan Yahudi di Antiokhia, orang-orang kudus dari Yerusalem datang kepada mereka. Pada saat itu, Petrus segera meninggalkan tempat itu supaya tidak ditemukan sedang makan bersama dengan orang bukan Yahudi. Melihat hal ini, Paulus dengan tegas mengkritik Petrus dengan berkata, “Jika engkau, seorang Yahudi, hidup dengan cara orang kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tak bersunat untuk hidup secara Yahudi?” (Gal 2:14). Kita harus mendisiplinkan diri kita agar melakukan segala sesuatu yang diajarkan dan dilakukan oleh Yesus sendiri kepada kita. Maka kita akan dapat memuridkan dan menghasilkan buah.

Jemaat gereja harus mengerti dan bersikap baik terhadap yang lain dan merangkul segala kelemahan yang mereka punya. Ini mungkin sulit pada awalnya, tapi kita masih harus melakukannya. Siapa saja akan berbahagia dan bersukacita melalui Roh Kudus saat semua jemaat dibebaskan dari daging dan oleh Roh Kristus. Pada saat itu terjadi, orang-orang tidak percaya akan bisa juga mengalami berkat dan sukacita Allah ketika mereka datang ke gereja.

Karena kita telah membersihkan roh jiwa kita dengan melakukan kebenaran (truth), kita harus mengasihi saudara-saudara kita sungguh-sungguh tanpa tipu muslihat. Dengan demikian kita harus mengasihi yang lainnya dengan sungguh-sungguh dengan segenap hati kita (1 Pet 1:22). Hal ini dimaksudkan agar kelebihan kekayaan kasih anugerah Allah melalui kita dalam Kristus Yesus dapat diperlihatkan di zaman yang akan datang (Ef 2:7). Sesuai kehendak Allah yang menginginkan kita untuk menjadi benar-benar kudus, roh, jiwa dan tubuh kita harus dipertahankan tidak bercela sampai kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus (1 Tes 5:23). Roh jiwa kita harus berlangsung baik dan kita juga dalam segala sesuatu harus berlangsung baik dan berada dalam kesehatan (3 Yoh 1:2).

Kita harus mendisiplinkan dan memimpin diri kita melalui Roh Kudus dan menjadi yang memikirkan dan mengerti kepada orang-orang kudus. Dan dengan demikian kita harus bersukacita dan berbahagia melalui sukacita dan berkat Allah. Cara untuk berbahagia ialah dengan menempatkan firman Yesus dalam tindakan. Dengan duduk dan menunggu berkat yang jatuh dari Sorga tidak akan mendapat apa-apa. Kita harus membiarkan firman Yesus menjadi fondasi dari karakter kita dan memimpin hidup kita. Maka kita akan bisa memuridkan segala bangsa sesuai amanat agung yang diberikan pada kita oleh Kristus.


Surat Dari Shee Mu Awn

Artikel Ibadah Hari Tuhan – Pendeta Kim Ki-Dong

Saya dilahirkan ke dunia ini melalui orangtua yang baik yang Allah berikan kepada saya.
Ini benar-benar berkat. Ayah saya memperanakkan saya, dan ibu saya memelihara saya begitu baik sehingga semua anggota tubuh saya berfungsi secara normal. Dan saya tidak bodoh juga. Mereka melindungi dan membesarkan saya dengan baik sehingga saya bisa hidup lama. Dengan demikian, saya akhirnya bisa mendengar suara Allah, dibenarkan melalui pekerjaan mulia dari Yesus Kristus, dan menerima hak istimewa untuk memanggil Allah sebagai Bapa. Allah memegang saya dan bekerja dalam hidup saya melalui Roh Kudus dan dengan demikian, saya adalah orang yang kudus yang telah ditunjuk sebagai hamba Allah. Oleh karena itu, saya hidup dan menghirup nafas hidup ini, melanjutkan pekerjaan pendeta sepanjang hidup saya.

Saya benar-benar bersyukur atas kenyataan bahwa roh saya hidup, dan juga karena tidak menjadi malas ketika saya menyelesaikan segala pekerjaan yang telah diberikan kepada saya. Saya sungguh bersyukur karena saya bisa segala karunia dan talenta saya melalui kebaikan Allah dan orangtua saya.
Karena saya seorang Kristen, saya tidak pernah malas berdoa dan menyelidiki Alkitab untuk iman saya. Karena tubuh saya sehat, saya bekerja banyak tanpa menghemat diri saya. Saya juga telah mendirikan sebuah sekolah pascasarjana dengan semua yang telah saya pelajari dari studi teologi. Karena saya suka menulis, saya tidak pernah berhenti menulis. Kenyataannya, saya hampir menyelesaikan dengan baik semua pekerjaan yang telah ditetapkan kepada saya untuk diselesaikan.

Saya pribadi percaya bahwa saya harus tidak pernah mengubur pengetahuan, iman, kemampuan, atau apa pun yang akan bermanfaat bagi orang lain dalam daging saya; dengan demikian, saya mencoba untuk melimpahkan semua itu dengan segenap hati dan kekuatan saya. Ini karena saya tidak ingin hal-hal tersebut tersisa dalam daging saya untuk akan dikuburkan bersama ketika itu kembali ke debu tanah sautu hari. Sebenarnya, saya takut bahwa semua talenta saya mungkin terbakar menjadi abu di krematorium (ruang kremasi) sebelum itu akhirnya kembali ke debu.

Oleh karena itu, saya harus memeras segalanya keluar dari tubuh saya sebanyak mungkin. Saya harus membawa keluar kebijaksanaan, pengetahuan, talenta, kemampuan, dan segala sesuatu yang lain dari tubuh saya. Saya masih mempunyai banyak cerita dalam otak saya untuk ditulis, dan banyak hal yang saya harus menyampaikan. Semua hal-hal tersebut saya harus mencurahkannya; akan tetapi, ada kekurangan seperti waktu dan kekuatan dalam tubuh saya yang saya bahkan tidak bisa memberanikan diri saya untuk memulainya. Meskipun demikian, jika saya memiliki sepuluh ribu talenta, maka saya harus memberikan semua sepuluh ribu talenta itu kepada orang lain sebelum saya meninggal.

Ah! Saya menyadari bahwa karena hari-hari berlalu, saya semakin dekat dengan hari kedatangan saya di rumah kemuliaan yang saya rindukan dalam tangis. Oleh karenanya, saya sungguh-sungguh menginginkan untuk memberitahu orang-orang kudus hal ini: percayalah Injil dan Kebenaran (Truth) yang telah saya katakan karena itu semua adalah firman dari iman yang ilahi. Apabila orang lain tidak dapat percaya iman kita, maka mustahil untuk menyelamatkan mereka. Jangan menginjil sebuah agama, tetapi selamatkanlah jiwa-jiwa. Membagikan Injil harus dilakukan melalui kasih sejati untuk jiwa-jiwa sehingga Injil bisa dipercaya.

Rangkuman Bahasa Korea oleh Pendeta Lee Ki-Taek
Diterjemahkan oleh Pusat Misi Terjemahan Bahasa Inggris Shee Mu Awn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar