52. KERENDAHAN HATI 2
“Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah kepada-Ku,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati” Matius 11:29
Sisa waktu bagi
orang yang memperoleh keselamatan itu untuk melakukan pekerjaan Allah. Allah
akan memberi upah kekal. Tetapi bagaimanapun besar dan sempurna pekerjaannya
itu tidak akan menjadi upah yang utuh apabila ada keangkuhan atau mengagungkan
nama diri sendiri.
Kesombongan dan
kerendahan hati itu bukanlah masalah sikap atau cara bicara yang kelihatan.
Tetapi merupakan masalah sikap dasar iman dan maksud yang sesungguhnya. Kita
bisa mengetahui diri kita sendiri apakah kita sombong atau tidak itu hanya
ketika Roh Kudus memberi kesadaran saja.
Hal kita menang
atas kesombongan dan beroleh kerendahan hati juga hanya dari Roh Kudus ketika
kita diberi kuasa-Nya. Oleh karena itu, mereka yang bersandar kepada Roh Kudus
saja menjadi orang yang berendah hati.
Rendah Hati yang
Mengakui Tuhan
Hal kita memanggil
Allah sebagai Tuhan merupakan pengakuan iman, yaitu Dialah Tuhan yang memakai
kita maka kita melayani-Nya sebagai hamba (Lukas 1:13; 7-10). Kita memanggil
Tuhan sebagai Tuhan sebab Dia membeli kita dengan membayar upah dosa kita
dengan darah-Nya. Dan juga kita tahu masalah kita hidup dan mati ada di dalam
tangan Tuhan. Mereka yang mengakui Tuhan sebagai Tuhan tidak membatasi masa
depan dan persoalan diri sendiri dengan pikiran sendiri tetapi berserah diri
dan mentaati saja. “Talentaku ini…. Tujuanku itu…”, demikian seorang menjadi
tuan bagi diri sendiri bisa dipandang sebagai seorang sombong yang tidak mengakui Tuhan.
Kerendahan hati
yang dikehendaki Allah adalah sosok orang yang mengikuti Tuhan dimana saja dan
tidak keberatan sedikitpun untuk dipakai-Nya (Yohanes 21:18). Oleh karena
itu, dalam hal tugas pelayanan, ketaatan
itulah kerendahan hati, bukanlah yang menolak (Matius 4:18-22). Kerendahan hati
itulah yang meminta kuasa. Sesudah menerimanya ia kurang kuasa untuk
mengerjakan tugas. Kerendahkan hati adalah yang mengakui bahwa dia
menyelesaikan segala tugas dengan kuasa Allah. Mereka yang mengalami ketiga
langkah itu baru menjadi rendah hati yang sesungguhnya.
Kerendahan Hati
yang Mengutamakan Firman
Firman Allah bersifat mutlak dan lebih utama dari
kepentingan pribadi. Oleh sebab itu,
apabila antara firman Alkitab dan perilaku diri sendiri tidak selaras, bagaimanapun perilaku harus menyesuaikan dengan firman Allah.
Caranya hanya satu
yaitu jangan membiarkan firman Allah menurun dan menyesuaikan dengan
derajat/tingkatan manusia, tetapi sebaliknya
biarlah kita meningkatkan diri lalu menyesuaikan dengan firman Allah.
Dengan singkat kata, kita hanya boleh mentaati firman Allah namun kita tidak
boleh menganalisanya.
Maka dalam keadaan
apapun ketika kita mengenal tujuan dari firman kita harus mengatasi pikiran,
emosi dan keinginan sendiri dan harus
taat sesuai firman. Sikap itulah kerendahan hati yang mengutamakan firman.
Kepada orang yang rendah hati saja Allah memberi pengalaman ilahi yang
mengubahkan pikiran, keinginan dan emosi.
Kerendahan Hati yang
Berlaku Dengan Cara melawan Pikiran dari Kedagingan
“Jika engkau memberi sedekah. Janganlah diketahui tangan
kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan
dengan tersembunyi…”
(Matius 6:3-4).
Di dalam batin kita
suka melayani Allah tetapi di dalam tubuh kita ada kuasa yang berlawanan dengan
Allah. Batin kita ingin melaksanakan sesuatu
pekerjaan dengan tangan kanan tanpa diketahui tangan kiri, akan tetapi
kadagingan kita ingin diakui dan dipuja oleh dunia. Kadang-kadang terjadi hal
yang sebaliknya, batin kita ingin memberitahukan sesuatu pekerjaan agar
mengumpulkan teman sekerja dan bantuan dengan tujuan bekerja bersama orang lain
demi kemuliaan Allah. Akan tetapi, kedagingan kita menyembunyikannya untuk
mengambil kemuliaan itu bagi diri sendiri. Maksudnya, ada pekerjaan Tuhan yang
patut disembunyikan atau patut dibukakan. Dalam keadaan demikian batin kita
ingin mentaati kehendak Allah tetapi kedagingan kita menggoda kita agar kita
melawan kehendak Allah.
Orang yang berendah
hati berperilaku dengan cara melawan kedagingan untuk menggenapi kehendak
Allah. Itulah iman yang mentaati diri sendiri. Kerendahan hati demikian tidak
bergantung pada persidangan orang lain terhadap proses dan akibat dari tugas
pekerjaan yang ia laksanakan.
Bila kita
menjalankan sikap yang mengabaikan kedagingan dan ego diri sendiri, kebiasaan
itu menjadi sifat sehingga kita berubah menjadi seorang yang bisa melayani
Allah menutut kehendak-Nya. Roh Kudus mengubahkan kita, menjadikan kita orang
yang rendah hati melalui proses demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar