41. KESAKSIAN
“Ia berjalan dan
melompat-lompat serta memuji Allah” Kisah 3:8
Kehidupan masa
lalu yang dibawa orang kepada Yesus itu beragam. Pengalaman mengenai Allah yang
diperoleh dalam kehidupan iman luarbiasa dan mengagumkan kita. Karena terjadi
hal-hal yang mustahil oleh karena Allah maka kita mengakui, menyaksikan dan
bersyukur. Kita sering berkata-kata hal-hal demikian kepada tetangga, sanak
saudara dan teman-teman seiman lalu mempermuliakan-Nya. Itulah kesaksian.
Tuhan berfirman
agar kita menyaksikan apa yang kita alami (Markus 5:19 -20) dan Injil diberitakan dengan aktif
melalui kesaksian (Matius 9:8; Matius 9:26 ;
Markus 3:7-8).
Iman yang
Menyembuhkan
Iman Kristen
adalah iman yang mengenal kasih anugerah. Iman yang mengakui sesudah menerima
kasih karunia dan mengakuinya. Dan bukan untuk dia sendiri saja yang mengenalnya,
tetapi juga harus bersaksi kepada orang lain lalu bersama-sama mempermuliakan
Allah. Demikian iman Kristen diberitakan.
Iman Kristen
adalah iman yang mengalami. Bukan seperti pelajaran yang dimengerti dalam
otak, juga bukan takhyul yang
dikira-kira dalam hati. Firman janji dari Allah yang hidup harus dialami kepada
masing-masing orang secara konkrit. Allah adalah tidak ada yang mustahil dan
siapapun yang mencari Allah dapat bertemu Allah. Orang yang mengalami hal itu
mendahului teman-temannya memberitakan pengalamannya. Itulah kesaksian.
“Kamu juga dapat bertemu Allah bila berlaku
demikian”. Demikian menuntun orang kepada Yesus dengan kesaksian. Iman Kristen
selalu ada kabar (Lukas 4:37 ;
7:3; Yohanes 2:9-10,17). Yesus datang, menyembuhkan orang sakit, mengusir
roh-roh najis dan memberi kebebasan maka kebaikan-Nya diberitakan ke segala
penjuru. Mereka yang mendengar datang kepada Yesus untuk mengalami kasih
anugerah dan kuasa yang sama, lalu mereka juga mengalami yang sama dan menjadi
saksi Yesus. Mereka yang memiliki pengalaman yang bertemu Yesus, menyaksikan
Yesus melalui kesaksian.
Orang Kudus yang
Tidak Berhenti Bersaksi
1.
Bersaksilah
dalam hal apa saudara
diselamatkan.
Namun
demikian, mengapa kita percaya Yesus sedangkan mereka tidak dan tetap berada
dalam kutuk dan maut? Apa yang membedakan antara kita dan mereka sehingga kita menjadi anak Allah
dan memiliki pengharapan kekal? Kita tidak mungkin dapat berdiam diri saja
menyaksikan Allah yang telah memberikan kasih anugerah kepada kita
sehingga kita menyadari diri sebagai
orang berdosa.
2.
Bersaksilah
dalam hal saudara mendapat kesembuhan dan
terlepas dari roh-roh najis.
Kehidupan
kita pada masa lalu yang dikuasai oleh roh-roh najis sehingga kecelakaan dan
kutuk tidak ada henti-hentinya, penyakit yang tidak dapat disembuhkan meskipun
telah menghabiskan semua harta dan sumber daya.
Siapakah
yang menyelamatkan kita dari semua itu? Bagaimana tidak kita menyaksikan kuasa
dan hidup dari Injil dan Allah yang hidup?
3.
Bersaksilah
bagaimana merubah diri sendiri dan lingkungannya
Kehidupan
yang mengembara tanpa tujuan hidup dan putus asa yang tidak ada damai
sejahtera, dan tidak ada gembira.
Siapakah yang menyelamatkan kita dari maut itu? Kita tidak mungkin menahan diri
untuk menyaksikan Allah yang memberi kehidupan baru dan kuasa untuk melayani
pekerjaan Yesus sambil memegang pengharapan kekal atas mahkota.
4.
Bersaksilah
bahwa Allah yang menuntun kita setiap
saat.
Saat
ini saja kita dijaga oleh para malaikat yang diutus oleh Allah. Roh-roh najis
mengintai hidup kita siang dan malam. Tanpa kita sadari betapa banyak kita dipelihara dan
dilindungi dari kecelakaan dan segala hal bahaya, bagaimanaTuhan menuntun kita
kepada berkat dan hidup?
Hal-hal
yang kita saksikan banyak sekali yaitu keadaan kita sebelum dan sesudah kita
percaya Yesus.
Orang
kudus mempermuliakan Allah melalui kesaksian yang tak berhenti.
Orang
kudus mempermuliakan Allah dan menyelidiki iman diri sendiri, lalu menuntun
sesamanya kepada Yesus melalui kesaksian yang tak berhenti. Kehidupan orang
kudus menurut kehendak Allah ialah menjalankan kehidupan iman yang tak berhenti
kesaksian dengan pengalaman yang diberi oleh Roh Kudus.
Mengapa
kita percaya Yesus sedangkan orang lain tidak dan tetap berada di dalam kutuk
dan maut? Bagaimana kita menjadi anak-anak Allah dan memiliki pengharapan atas
hidup kekal? Kita tidak bisa berdiam diri saja, tetapi harus bersaksi bahwa
Allah yang mengaruniakan kasih anugerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar