"Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani." (Kisah Para Rasul 17:11-12)

Translate

Kamis, 23 April 2015

Marilah Kita Mempersembahkan Ibadah Yang Ilahi

Marilah Kita Mempersembahkan Ibadah Yang Ilahi
(Yohanes 4:10-24)

Khotbah Hari Tuhan Gereja Sungrak Seoul
Senior Overseer Kim Ki-Dong
22 Juni 2014

"Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." 
Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Intisari:
Allah yang kita sembah
adalah Allah yang hidup.
Dia ingin dunia mengenal-Nya melalui Yesus (Yoh 17:3).
Dia ingin dunia merindukan pertemuan dengan-Nya (Hos 6:3).
Siapa pun
yang ingin menemui-Nya, Allah menerima mereka(Yak 4:8).
Cara unik untuk bertemu Allah adalah ibadah (Yoh 4:24).
Ibadah berarti
memandang wajah Allah
dan mencium Dia.
Oleh karena itu,
jika ibadah tidak ilahi,
maka akan mustahil bertemu Allah (Yes 1:11-13).
Hal ini
adalah perintah Allah dan kebenaran (T) (Yoh 4:23-24).
Karenanya,
beribadah kepada Allah di luar
pimpinan kebenaran (T)
menjadi ibadah yang gagal.
Ibadah yang tidak ilahi (Yes 1:14)
menjadi kemunafikan yang menjijikan di hadapan Allah.

○ Marilah kita menjadi ilahi.
Marilah kita menjadi ilahi agar bertemu Allah. 
Marilah kita bertemu Yang Mahakuasa melalui ibadah yang ilahi.

○ Hanya oleh Roh Kudus kita bisa menjadi ilahi. 
Jadi marilah kita bertobat dahulu
dan jadilah ilahi oleh Roh Kudus.

○ Agama tidak dapat bertemu Allah.
Kekristenan bukanlah sebuah agama.

※ Ibadah yang ilahi dapat bertemu dengan Dia
hanya jika hal itu diinspirasi
oleh firman Allah dan kuasa-Nya.


Rangkuman:

Allah Bapa Yang Hidup

Allah adalah Allah yang hidup. Kepercayaan kita dalam keberadaan-Nya yang hidup bukanlah sebuah gagasan yang abstrak tetapi pengalaman sejati. Karena Allah itu hidup, Ia mempunyai kehendak yang jelas. Jika seseorang berharap untuk mempunyai hidup kekal dan memasuki Kerajaan Sorga, dia harus menghormati kehendak Allah. Bahkan jika manusia bertapa dan melatih pengolahan/pengembangan diri sendiri, dia tidak bisa memasuki Kerajaan Sorga oleh semuanya itu. Dia bisa masuk ke Sorga hanya oleh iman dalam Yesus karena itulah kehendak Allah. Yesus mengatakan, “Siapa ibuku? Dan siapa saudara-saudara-Ku? Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku” (Matius 12:46-50). Bahkan meskipun Yesus ingin menyelamatkan seseorang, dia tidak dapat diselamatkan jika dia tidak tunduk oleh kehendak Allah.

Kita memanggil Allah sebagai Bapa kita. Allah bukanlah yang mati tetapi Bapa yang hidup. Kita melayani Allah dengan pengharapan yang kekal pada saat berada di bumi karena Dia adalah Bapa yang hidup. Sejak kelahiran gereja Kristen sampai sekarang, alasan tak terhitungnya orang-orang kudus yang berkeinginan untuk menjadi martir adalah karena mereka telah mengalami keberadaan yang hidup dari Allah Bapa. Hari ini kita juga memanggil Allah, "Bapa‟ karena kita memiliki kesaksian yang tak terbantahkan dari Roh Kudus.

Jikalau saudara menusuk hati anak kecil yang mempunyai ayah dan mengatakan kepada anak itu, “Orang itu bukanlah bapamu yang sebenarnya,” akankah anak itu menganggukkan kepalanya dan berkata, “Oh, aku mengerti.”? Sebagian besar anak-anak akan dengan tegas mengatakan, “Tidak, dia adalah bapak kami!” Jika saudara kemudian memasang wajah polos dan berkata kepada anak itu lagi, “Tidakkah kau tahu? Dia bukanlah bapamu yang sebenarnya,” anak kecil itu mungkin akan menangis, bersikeras bahwa dialah itu. Kita harus mengakui seperti anak kecil bahwa Allah adalah Bapa kita, seperti yang Yesus katakan, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Markus 10:15).

Allah adalah yang Esa dan satu-satunya Allah. Mengapa Esa dan Satu-satunya? Roh tidak memiliki bentuk dan dengan demikian tidak dapat disentuh dengan tangan kita ataupun didengar oleh telinga kita. Namun, Allah memiliki gambar. Dia mengutus ke dunia Anak-Nya yang tunggal yang berada di pangkuan-Nya, dan Dia adalah gambar Allah, yakni Yesus Kristus. Alasan orang-orang tidak bisa percaya hal ini adalah bahwa mereka ditekan oleh ilah-ilah zaman ini (2 Kor. 4:3-4).

Seseorang tidak dapat berhubungan dengan Allah kecuali dia mengakui bahwa Allah adalah yang Esa dan Satu-satunya Bapa. Pada zaman Nuh, orang-orang yang binasa di dalam air bah adalah mereka yang tidak mengakui Allah. Kehendak Allah tidak berubah bagaimanapun juga. Allah mengasihi dunia dan memberikan mereka gambar wujud-Nya, supaya barangsiapa yang percaya dalam Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang hidup tidak akan binasa tetapi memiliki hidup yang kekal. Anak Allah mengalami penderitaan, kemiskinan, kelaparan dan kelemahan dari manusia seperti yang telah dinubuatkan (Yes. 53:3-10), dan pada akhirnya mati di salib. Salib adalah alat yang dipakai untuk menghukum para pelaku kriminal terburuk. Meskipun Yesus telah melakukan bakti/usaha yang baik di dunia, orang-orang menuduh Dia dan akhirnya menyalibkan Dia. Meskipun demikian, Allah membangkitkan-Nya dari kematian. Yesus tidak pingsan dan bangun dengan sendiri-Nya; Allah membangkitkan-Nya kepada hidup.

Allah mengutus Roh Kudus kepada mereka yang percaya dan mengikuti Yesus sesuai kehendak-Nya. Bahkan roh-roh kotor mengenali fakta bahwa kita telah menerima Roh Kudus. Yakobus 2:19 berkata, “Engkau pun percaya bahwa Allah adalah Esa. Engkau melakukannya dengan baik. Roh-roh najis pun percaya dan mereka gemetar!” Pada saat kita, dipenuhi dengan Roh Kudus, mengakui bahwa Allah Bapa kita adalah hidup, bahkan roh-roh najis pun mengakuinya dan tunduk/menyerah kepada kita. Kita memiliki bukti yang jelas seperti itu dalam iman kita.

Kita adalah orang-orang yang mengalami kebangkitan Yesus. Setelah Yesus dibangkitkan, Ia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya dan bahkan di depan 500 orang-orang kudus pada waktu yang sama. Dan sebelum kenaikan-Nya, Ia mendesak murid-murid-Nya untuk tidak meninggalkan Yerusalem tetapi untuk menantikan Roh Kudus (Kisah 1:4). Seperti yang Tuhan katakan, murid-murid yang telah berkumpul di dalam Kamar Loteng Markus dan berdoa menerima Roh Kudus pada Hari Pentakosta dan mulai berbicara dalam bahasa roh. Di sana ada orang-orang Yahudi yang saleh dan taat dari setiap negara di bawah Sorga di Yerusalem pada waktu itu, dan ketika mereka berkumpul bersama setelah mendengarkan murid-murid berbahasa roh, Petrus dengan berani bersaksi di depan mereka, “Allah telah membangkitkan Yesus yang kamu salibkan, dan telah pergi ke Sorga. Dia telah mengutus kepada kita Roh Kudus!” Dan pada hari itu, sekitar 3000 orang datang untuk bertobat dan dibaptis (Kisah 2:1-41).

Apa itu baptisan? 1 Petrus 3:21 mengatakan, “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan – maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah – oleh kebangkitan Yesus Kristus.” Dalam perjalanan sejarah, orang-orang yang tidak terhitung banyaknya menyerahkan hidup mereka sehingga dibaptis. Mereka bisa bersaksi status mereka sebagai yang bersekutu dengan Yesus Kristus, dan tidak menyayangkan hidup mereka sendiri dalam melakukannya karena mereka telah memiliki pengalaman yang nyata dari bagaimana Allah yang hidup membangkitkan Yesus Kristus kepada hidup.

Beberapa orang mengatakan bahwa kebangkitan Yesus tidak ada sangkut pautnya dengan kita secara langsung karena hal itu terjadi ribuan tahun yang lalu. Akan tetapi, ketika kita merenungkan firman Allah, kita harus mengingat bahwa hal itu masih menjadi yang diarahkan langsung pada hari ini. Itu tertulis dalam Ibrani 3:15, “Tetapi apabila pernah dikatakan: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman.‟” Kita percaya hanya apa yang leluhur iman kita telah saksikan untuk menggambarkan apa yang telah mereka lihat dan dengar, dan oleh hal ini kita telah mengalami itu oleh Roh Kudus. Dengan demikian, kita telah menerima kesaksian dari keberadaan Allah dan untuk alasan itu, kita melayani Allah yang hidup.

Iman untuk Memisahkan Hari yang Kudus

Kita memisahkan satu hari dari seminggu sebagai hari yang kudus – Hari Tuhan (Wah. 1:10). Dari Senin sampai Sabtu, setiap orang sibuk dalam pekerjaannya sendiri seperti merawat pertaniannya, bekerja di kantor atau menjalankan bisnis dan oleh karena itu mencari pertolongan Allah untuk masalah-masalah mereka. Namun pada Hari Tuhan, mereka berkumpul bersama dengan orang-orang kudus untuk melayani Allah dan memuliakan-Nya saja (1 Kor. 16:1-2).

Ada beberapa orang yang mengeluh, “Mengapa semuanya tidak ada apa-apa/tidak berhasil bagi saya ketika saya melayani Allah dengan baik?” Mereka harus memeriksa dahulu apakah mereka telah benar-benar menjaga Hari yang Kudus atau memperlakukannya seperti milik mereka sendiri.

Empat perintah yang pertama dari Kesepuluh Perintah menentukan bagaimana kita seharusnya untuk melayani Allah. Yang pertama dari itu ialah, "Jangan ada allah lain di hadapan-Ku‟; yang kedua ialah, "Jangan membuat bagi dirimu sendiri sebuah berhala‟; yang ketika ialah, "Kamu jangan menghujat nama Tuhan dengan sembarangan‟; dan yang terakhir, "Ingatlah Hari Kudus dan kuduskanlah itu‟. Allah memperingatkan penyembah berhala bahwa kutuk yang di atas mereka akan dilanjutkan pada keturunannya, sampai generasi ketiga dan keempat. Sebaliknya, ini berarti bahwa kutuk akan berakhir setelah generasi ketiga dan keempat. Malahan, Allah memerintahkan untuk melempari batu sampai mati orang yang menodai Hari Kudus (Bil. 15:36). Ia tidak menyayangkan mereka bahkan segelintir harapan pada generasi ketiga dan keempat.

Bangsa Israel telah mengalami banyak penderitaan meskipun menjadi umat Allah. Mereka belajar Hukum Taurat Musa saat memikirkan atas alasan untuk penderitaan mereka, dan akhirnya mereka mengenali masalahnya. Mereka menyadari bahwa mereka telah mengabaikan Hari Kudus Allah seperti merampok Allah dalam persepuluhan dan persembahan (Neh. 9:1-10:39). Hal ini juga ditunjukkan oleh Nabi Maleakhi dalam Maleakhi 3:8, “Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!”

Pada saat Yesus mengajarkan murid-murid-Nya bagaimana untuk berdoa, Ia mengatakan, “Dan ketika berdoa, janganlah bertele-tele seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Karena mereka menyangka bahwa dengan banyaknya kata-kata, mereka akan didengarkan. Sebab itu janganlah menjadi sama dengan mereka. Karena Bapamu mengetahui hal-hal yang kamu perlukan sebelum kamu memintanya kepada-Nya” (Mat 6:7-8). Sekarang, hal pertama yang dilakukan orang-orang segera setelah mereka telah meninggalkan ruang doa adalah untuk mengeluh kepada Allah bahwa Ia tidak mengabulkan keinginan mereka. Bagi kita, kita harus belajar doa yang Yesus telah ajarkan.

Doa yang telah diajarkan Yesus dimulai dengan “Bapa kami yang di sorga!” Sama seperti anak kecil mengakui ayahnya sendiri, pertama-tama kita harus mengakui bahwa Allah adalah Bapa kita. Mereka yang melakukannya juga akan mengingat bagaimana Allah membangkitkan kepada hidup Anak-Nya yang tunggal dan dengan demikian menguduskan Hari Tuhan. Mereka juga akan lebih dahulu berdoa untuk Kerajaan Allah mengatakan, “Dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga” (Mat. 6:9-10). Setelah itu mereka akan berdoa, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat. 6:11), dengan rendah hati meminta makanan/perbekalan yang mereka butuhkan untuk satu hari yang diberikan Allah kepada mereka.

Allah telah mengizinkan enam hari untuk diri kita sendiri. Dia kemudian memisahkan satu Hari Kudus yang kita gunakan sepenuhnya untuk menyenangkan Tuhan dan memuliakan Dia. Alasan mengapa orang-orang tidak mempunyai kemakmuran adalah bukan banyak atau kurangnya doa
tetapi karena mereka membenci Allah. Allah berfirman bahwa Dia tidak berkenan dengan mereka yang memandang rendah nama-Nya (Mal. 1:6-10). Beberapa orang datang ke gereja dan beribadah dengan pakaian yang sama saat mencuci piring di rumah. Namun, mereka tidak akan melakukannya jika mereka tahu bahwa ibadah adalah pertemuan dengan Allah.

Hari Kudus adalah kudus. Kata kudus berarti "dibedakan atau dipisahkan.‟ Allah tidak menciptakan apapun pada Hari Kudus tetapi Ia memberkatinya dan beristirahat pada hari itu. Matahari, bulan dan ciptaan-ciptaan diciptakan pada keenam hari semuanya akan berlalu, tetapi tempat tinggal Allah tidak akan menghilang. Hari Kudus adalah hari yang dibedakan dari setiap hari yang lainnya dalam satu minggu. Mereka yang menguduskan Hari Kudus berdoa untuk kesejahteraan kerajaan Allah tidak seperti orang-orang berhala yang hanya berdoa untuk daging mereka.

Berapa banyakkah penderitaan yang Yesus pikul di dunia ini? Allah bersaksi tentang Dia, “Inilah Anak-Ku Yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17). Hal ini karena Dia menanggung segala macam penderitaan dan masalah-masalah dan melakukannya sampai akhir untuk menyenangkan Allah. Itulah mengapa Allah membangkitkan-Nya kepada hidup (Ibr. 5:7). Bukanlah sikap yang baik dari orang kudus yang berdoa untuk hanya mulai mengatakan, “Allah, mengapa Engkau tidak memberikan kepadaku apa yang kuminta?” seolah-olah ia berdebat melawan Allah.

Kita harus bertekuk lutut dengan rendah hati di hadapan nama Allah. Melalui Yesus, Allah telah mengungkapkan keberadaan firman-Nya dan hal itu dengan jelas sampai kepada penggenapan. Yesus melakukan firman Allah dan Allah membangkitkan Dia kepada hidup. Jika seseorang percaya hal ini, ia tidak akan menganggapnya sebagai beban untuk melayani Allah dan tidak membenci hal itu (Mal. 1:6-14). Kita semuanya akan meninggalkan dunia ini satu hari. Setelah itu kita tidak akan bisa pergi ke gereja bahkan jika kita menginginkannya. Oleh karenanya, kita harus bekerja apa yang Allah inginkan pada saat kita mempunyai kesempatan.

Beribadah dalam Roh dan Kebenaran

Ketika Yesus berada di Samaria, seorang perempuan mengatakan, “Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu orang Yahudi katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah” (Yohanes 4:20). Maka Yesus menjawab, “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal; kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan tiba dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:21-24).

Pada zaman Raja Daud, Israel menikmati pemerintahan damai. Meskipun mereka adalah negara kecil, negara-negara tetangga tidak berani meletakkan tangan mereka pada Israel. Sesudah itu, anak Daud, Salomo, dan anaknya Rehabeam berhasil naik ke takhta. Selama pemerintahan Rehabeam, sepuluh dari dua belas suku meninggalkan Yerusalem dan berpindah ke utara, di mana mendirikan sebuah kerajaan dengan Samaria sebagai ibu kota. Mereka membuat sebuah altar di Betel dan menyembah Allah di sana. Mereka berpikir untuk diri mereka sendiri, "Meski kita meninggalkan Yerusalem, kita masih bisa mempersembahkan ibadah sejati di sini.‟ Di sisi lain, orang-orang yang tinggal di Yerusalem percaya bahwa hanya ibadah yang dipersembahkan di Yerusalem, tanah yang kudus, akan diterima oleh Allah. Kerajaan Utara dan Selatan kedua-duanya bersikeras bahwa mereka memiliki wibawa yang lebih besar dari yang lain, namun kedua kerajaan tunduk kepada teguran nabi. Kerajaan Utara dikritik karena pengkhianatan dan kebobrokan mereka sedangkan Kerajaan Selatan ditegur karena kesombongan mereka.

Pertanyaan perempuan tentang dimana ibadah harusnya dipersembahkan – di Betel atau Yerusalem – didasarkan pada latar belakang sejarah tersebut. Yesus menjawab si perempuan bahwa apa yang penting bukanlah lokasi ibadah tetapi itu harus dilakukan dalam roh dan kebenaran. Kalau kita memeriksa bahasa asli teksnya, roh dan kebenaran sebenarnya berarti, "Roh Kudus dan Kebenaran (Truth).‟ Kata kebenaran (truth) juga berarti "hati yang tulus dan sejati,‟ yang berarti bahwa bahkan tubuh pun harus mengikuti Kebenaran (Truth).

Allah mencari mereka yang beribadah oleh Roh Kudus dan Kebenaran (Truth), yaitu, yang beribadah di dalam Yesus. Walaupun tidak terhitung orang-orang tenggelam saat air bah membanjiri bumi, Allah tidak mempedulikan mereka dan hanya mencari rumah tangga Nuh. Dengan cara yang sama, Allah mengutus Yesus dan memberikan kepada manusia kesempatan untuk percaya di dalam Dia dan diselamatkan. Yohanes 3:16 mengatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Percaya Yesus berarti percaya firman Allah dan keberadaan-Nya yang hidup. Dengan kata lain, itu adalah untuk percaya Yesus adalah Anak Allah dan firman Allah itu telah digenapi melalui Dia. Dan barangsiapa yang beribadah dengan iman seperti itu, beribadah dalam roh dan kebenaran. Ketika kita beribadah di gereja, kita memandang wajah Allah. Seorang berdosa tidak diperbolehkan untuk menghadap raja. Tetapi jika seseorang setia kepada raja dan memberikan pelayanan yang bermanfaat, raja akan memberikan dia kesempatan untuk bertemu dengannya. Orang itu akan pergi ke hadapan raja dan mencium tangannya atau cincin yang ada di tangannya. Dan keturunannya akan bangga dengan fakta bahwa nenek moyang mereka telah bertemu dengan raja. Hal yang rohani juga sama. Kita harus mempunyai keturunan kita yang dengan bangga mengatakan, “Nenek moyang kami memandang wajah Allah dan mencium tangan-Nya.” Kita harus mewariskan kesaksian kita tentang Allah yang hidup kepada keturunan kita.

Kehidupan yang Mencari Sukacita Allah

Apa itu Hari Tuhan? Anak Allah tidak menikmati hidup berkelimpahan di bumi tetapi menderita banyak kesulitan, begitu banyak sehingga Ia dijuluki "Yesus dari Nazaret.‟ Dia menjalani kehidupan yang keras seperti di bumi dan dijauhi oleh orang-orang, tapi Dia tidak pernah membenci Allah. Dia berdoa, “Ya Bapa-Ku, jika sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku!” Dia telah berdoa dengan sungguh-sungguh sehingga peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang jatuh ke tanah. Tetapi sesudah itu Ia mengatakan, “Meskipun demikian, janganlah sesuai kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mulah yang terjadi,” Ia bangun dan akhirnya mati di salib (Mat. 26:39). Jadi betapa bersukacitanya Allah ketika Ia membangkitkan Anak-Nya yang sedemikian taat sampai pada titik kematian? Jika Yesus tidak melakukannya, Dia tidak akan hidup lagi. Akan tetapi, Yesus taat sampai akhirnya dan Allah membangkitkan-Nya kepada hidup (Fil. 2:6-11). Jadi sampai bagaimanakah sukacita Allah?

Hari Tuhan adalah hari di mana kita mengingat kebangkitan Yesus. Dengan kata lain, itu adalah hari yang penuh dengan kebahagiaan Allah yang membangkitkan kepada hidup Anak-Nya yang terkasih dan yang terkenan. Kita bukanlah mereka yang berdiri jauh dan dengan mudah menonton Allah berbahagia. Ketika kita dibaptis, kita dipersatukan dengan kebangkitan Kristus. Hari di mana Allah membangkitkan Anak-Nya yang terkasih adalah hari yang paling menggembirakan Allah. Itulah Hari Kudus; hari di saat mereka yang menghormati Allah, memandang wajah-Nya yang penuh dengan kebahagiaan melalui Anak-Nya.

Hari Tuhan juga adalah hari di mana Yesus mengutus Roh Kudus setelah kenaikan-Nya. Roh Kudus datang kepada orang-orang percaya pada hari kelima puluh sejak Dia dibangkitkan, yakni, hari sesudah Sabat, dan terus sesudah itu dimana orang percaya telah menerima Roh Kudus dan dilahirkan kembali. Orang dunia dan orang beragama tidak bisa menerima Roh Kudus. Hanya mereka yang percaya di dalam Yesus bisa menerima Roh Kudus. Hari Tuhan adalah tidak hanya hari yang memperingati kebangkitan Yesus tetapi juga hari saat Allah memegang orang-orang yang percaya Yesus dengan hal spesial.

Ketika dikatakan untuk mengingat Hari Kudus dan menguduskannya, itu tidak berarti seseorang harus menjadi budak kepada Hari Kudus. Untuk menguduskannya, itu sepenuhnya penting untuk mengerti arti dari hari itu. Memperingati Sabat berarti untuk mengingat bahwa itu adalah hari-Nya Allah, sedangkan dengan Hari Tuhan itu adalah untuk mengingat bahwa Allah membangkitkan Anak-Nya yang terkasih kepada hidup. Bahkan meskipun Yesus dibunuh sesuai hukum manusia, Allah membangkitkan-Nya lagi. Hari Tuhan itu dipenuhi dengan sukacita Allah yang telah menaklukan, dan oleh karena itu kita seharusnya bergembira pada hari itu juga. Haleluya berarti untuk mengatakan kepada malaikat-malaikat, "Marilah kita menyanyikan puji-pujian!‟ ketika Allah sedang bergembira.

Bagi tubuh yang membusuk, kita harus mencari dengan rendah hati terlepas dari hal-hal yang mungkin betapa mendesak. Amsal 30:8-9 katakan, “Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” Ketika itu sampai kepada daging, kita harus meminta hanya untuk makanan sehari-hari dan dalam hati kita mengatakan, "Tolonglah aku Allah jika hal ini cocok dengan kehendak-Mu, atau tidak.‟ Ada banyak orang yang menuntut Allah untuk memberikan kepada mereka apa yang mereka minta, tetapi sangat sedikit yang mengharapkan untuk melayani Allah. Ada yang mengatakan, “Aku akan mendedikasikan kepada Allah jika Engkau memberkati aku.” Tetapi orang-orang itu perlu untuk mempertimbangkan apakah mereka benar-benar tidak menerima setiap berkat dari Allah.

Kita harus tidak melalaikan Hari Kudus. Kita harus bertekuk lutut di hadapan nama Tuhan dan memuliakannya pada Hari Tuhan. Jika seseorang memilih untuk pergi dengan caranya sendiri dengan alasan bahwa dia sibuk pada Hari Tuhan, itu mungkin bahwa Allah telah menutup pintu agar dia tidak dapat masuk. Saat kita mungkin menjadi saleh demi kepentingan kita sendiri, pada Hari Tuhan kita harus menghormati Allah dan hanya menyembah-Nya. Kita harus ditemukan oleh Allah yang mencari mereka yang beribadah dan menyembah dalam roh dan kebenaran.


Surat Dari Shee Mu Awn
Artikel Ibadah Hari Tuhan – Pendeta Kim Ki-Dong

Jika seseorang bertanya pada saya tentang kemampuan saya, maka saya akan menjawab, “Saya bisa mengambil pulpen dan menulis.” Jika ia bertanya, “Apakah kamu tidak lelah menulis?” maka saya akan menjawab, “Menulis adalah alasan bagi pernafasan saya.” Momen dimana saya berhenti bernafas akan menjadi momen yang sama dimana saya berhenti menulis. Orang-orang berusaha untuk menjadi sehat karena mereka ingin paru-paru kuat untuk bernapas tanpa masalah. Demikian pula, saya berusaha keras untuk bernafas dan menguatkan diri saya melalui menulis. Bahkan jika saya tidak bisa bersuara karena saya kurang kekuatan, saya menginginkan untuk menunjukkan hidup saya karena saya mempertahankan nafas saya melalui tulisan-tulisan saya.

Meskipun matahari duduk mengintip di gunung sebelah barat, saya akan melanjutkan untuk menulis. Meskipun tubuh saya mencapai batas akhir dari umurnya, tulisan saya akan tinggal dan berlanjut untuk memenuhi pekerjaan yang tubuh saya tidak dapat kerjakan/selesaikan. Dan dengan demikian, saya tidak bisa lebih bahagia. Bahkan jika roh jiwa saya akan berada di Firdaus, tulisan-tulisan saya akan tinggal di dunia ini sampai hari terakhirnya dan menonton sejarahnya. Saya sungguh-sungguh mengucap syukur kepada Allah karena telah memberikan saya inspirasi seperti itu.

Awan membayangi air di sumur benar-benar terlihat indah. Mereka berubah ketika mereka bergerak dan mereka muncul lagi. Meskipun sejarah dari generasi yang satu lewat dan sejarah lain timbul, mata air di dalam sumur tetap jelas karena ini melihat mereka datang dan pergi. Orang tua saya benar-benar miskin, tapi mereka benar-benar baik hati. Saya sungguh-sungguh berterima kasih kepada mereka karena mereka memberi saya anggota tubuh dan otak yang sehat dan mengisi hati saya dengan kebaikan dan gairah. Mereka mencoba untuk memberikan lebih bagi saya, tapi saya hanya bisa membayangkan bagaimana mereka akan merasa tidak mampu untuk memberikan lebih. Karenanya, saya berterima kasih karena rasa syukur mereka bukannya marah atas apa yang mereka tidak bisa berikan pada saya.

Sejak saat itu, saya mulai mempertajam, bersinar, mengumpulkan, dan memperbaiki diri saya sendiri. Jika saya malas, membakar hati saya dengan kesombongan tanpa masa depan, maka saya akan tidak berhasil di dunia saat ini. Jika saya tidak memiliki fisik yang baik, maka saya tidak akan menjalani kehidupan yang layak. Jika saya tidak memiliki mental yang baik, maka saya tidak akan bisa melakukan apa pun. Ini karena ketulusan orang tua saya bahwa saya bisa untuk hidup seperti ini. Namun, ini adalah kasih anugerah yang besar dari Tuhan saya, Yesus, yang telah menyelamatkan saya dari jalan yang hilang.

Saya telah menyelesaikan segala sesuatu yang saya bisa lakukan di usia muda; karena itu, saya hanya memiliki tugas yang saya harus selesaikan pada usia tua. Dan saya akan melihat kemuliaan pada hari itu ketika semua pekerjaan telah digenapi. Walaupun tubuh saya lelah dan rusak, tidak ada penyesalan. Meskipun jalan saya lebih keras daripada yang lain, sungguh itu adalah cara untuk melayani dan mengasihi Allah lebih banyak karena Tuhan Yesus dahulu memilih jalan ini.

Injil yang telah saya teriakkan tanpa suatu perubahan apakah saya muda atau tua bukanlah milik saya, tetapi milik Allah. Itu kepunyaan Tuhan Yesus dan dengan demikian, saya merasa terharu karena Dia telah mengisi Injil dan menggunakan bibir saya untuk berbicara. Mulai sekarang, saya akan mencoba untuk mengalirkan apa yang telah Allah tempatkan dalam hati saya dan memberikan kepada tangan saya melalui Literatur Wolsan. Masa lalu saya yang melelahkan, tapi penuh hasrat kerinduan, saya menyebutnya, kenangan.


Rangkuman Bahasa Korea oleh Pendeta Lee Ki Taek
Diterjemahkan oleh Pusat Misi Terjemahan Bahasa Inggris Shee Mu Awn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar